BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia, karena manusia adalah makhluk
sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain, baik itu dengan sesama, adat
istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya di sekitarnya. Setiap manusia
sangat membutuhkan itu semua, karena manusia tidak dapat hidup secara individu,
dalam kehidupannya pasti membutuhkan pertolongan dari orang lain. Dan untuk
mewujudkan itu semua diperlukan komunikasi yang baik.
Semakin semaraknya komunikasi bisnis lintas budaya tidak lepas dari semakin
pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Di samping itu,
kesempatan masuknya berbagai kegiatan bisnis dari satu negara ke negara yang
lain semakin terbuka. Mengingat komunikasi bisnis lintas budaya ini berhubungan
dengan daerah maupun negara lain yang memiliki budaya, bahasa, adat istiadat,
nilai-nilai, dan kepercayaan yang berbeda-beda, terdapat pula hambatan atau
kendala yang muncul dalam komunikasi bisnis lintas budaya tersebut. Kemudian
sebagai langkah untuk mengatasi kendala-kendala dalam komunikasi lintas budaya
kita perlu mencari solusi pemecahannya.
Seperti yang kita tahu, budaya di satu negara tidaklah sama dengan negara
yang lain, dan sebagai para pelaku bisnis yang ingin mengembangkan
perusahaannya kita perlu memperluas ruang lingkup bisnis kita, tidak hanya
berfokus di satu negara tetapi juga perlu dikembangkan ke negara lain. Untuk
itu kita perlu mempelajari bagaimana berhubungan dan berinteraksi dengan pelaku
bisnis yang memiliki bahasa, tradisi dan norma-norma yang berbeda.
Oleh karena itu, disini kita perlu belajar mengenai bagaimana cara
berkomunikasi antar budaya yang berbeda. Tidak hanya dengan satu bangsa
melainkan lintas bangsa, lintas bangsa disini yang dimaksudkan nya adalah
kebudayaan dari luar negara Indonesia. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya.
B. Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan komunikasi bisnis lintas
budaya?
2.
Apa pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya?
3.
Apa yang dimaksud dengan budaya dan perbedaannya?
4.
Bagaimana berkomunikasi dengan orang berbudaya asing?
C. Tujuan
Penulisan
1.
Mengetahui apa itu komunikasi bisnis lintas budaya.
2.
Mengetahui pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya.
3.
Mengetahui apa itu budaya dan perbedaannya.
4.
Mengetahui bagaimana berkomunikasi dengan orang berbudaya
asing.
D. Manfaat
Penulisan
Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan ini
adalah agar mahasiswa dapat memahami
serta mengetahui bagaimana cara melakukan komunikasi bisnis lintas budaya
dalam melakukan aktivitas bisnis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Bagi
para pelaku bisnis, pemahaman yang baik terdapat budaya di suatu daerah,
wilayah, atau negara menjadi sangat penting artinya bagi pencapaian tujuan organisasi
bisnis. Secara sederhana, komunikasi bisnis lintas budaya adalah komunikasi
yang digunakan dalam dunia bisnis baik komunikasi verbal maupun nonverbal
dengan memperhatikan faktor-fator budaya di suatu daerah, wilayah, atau negara.
Pengertian lintas budaya dalam hal ini bukanlah semata-mata budaya asing (Internasional),
tetapi juga budaya yang tumbuh dan berkembang di berbagai daerah dalam wilayah
suatu negara.
Indonesia
sebagai salah satu negara yang sangat kaya dengan aneka macam budaya merupakan
salah satu contoh yang sangat berharga bagi para pelaku bisnis dalam menerapkan
komunikasi bisnis lintas budaya. Sebagaimana diketahui, setiap daerah yang ada
di Indonesia ini memiliki kekhasan budaya yang tidak dimiliki oleh daerah
lainnya, seperti bagaimana seseorang berkomunikasi dengan orang lain, bagaimana
seseorang menghargai oang lain, bagaimana mereka meyakini atau mempercayai
sesuatu yang sudah turun temurun dari nenek moyang mereka, bagaimana mereka
berpakaian, dan bagaimana mereka memperlakukan suatu produk.
Apabila
para pelaku bisnis akan melakukan ekspansi bisnisnya ke daerah lain atau ke
negara lain, pemahaman budaya di suatu daerah atau negara tersebut menjadi
sangat penting artinya, termasuk bagaimana memahami produk-produk musiman di
suatu negara. Hal ini dimaksudkan agar jangan sampai terjadi kesalahan fatal
yang dapat mengakibatkan kegagalan bisnis. Sebagai contoh, seorang pelaku
bisnis ingin memasarkan produk baru kenegara lain pada saat musim salju. Produk
apa saja yang sebaiknya dipasarkan pada musim seperti itu? Pemahaman yang baik
terhadap bagaimana masyarakat suatu negara bersikap dan berperilaku dalm
kehidupan sehari-hari mereka di musim-musim tertentu sangatlah diperlukan,
apalagi bagi para pelaku bisnis.
B. Pentingnya
Komunikasi Bisnis Lintas Budaya
Sudah
saatnya para pengambil keputusan, khususnya manajemen puncak, mengantisipasi
era perdagangan bebas dan globalisasi sejak dini. Era yang ditandai dengan
semakin meluasnya berbagai produk dan jasa termasuk teknologi komunikasi,
menyebabkan pertukaran informasi dari suatu negara ke negara lain semakin
leluasa, sehingga seolah dunia ini tidak lagi terikat dengan sekat-sekat yang membatasi wilayah suatu
negara.
Tanpa
harus mengamati secara jeli, orang awam pun mengetahui bahwa sudah lama Indonesia
memasuki era globalisasi. Contoh sederhananya adalah masuknya sejumlah produk
dan jasa dari luar negeri yang dapat dikonsumsi oleh konsumen di tanah air, seperti
makanan cepat saji, minuman ringan, mainan anak-anak, pakaian, perlengkapan
komunikasi, komputer personal, produk elektronik (audio visual), dan pekerja
asing dalam berbagai bidang keahliannya.
Dalam
menyikapi era perdagangan bebas dan globalisasi, perusahaan-perusahaan besar
mencoba melakukan bisnis secara global. Pada umumnya, perusahaan-perusahaan
besar yang beroperasi di tanah air baik di bidang manufaktur, eksplorasi,
maupun jasa, menggunakan konsultan asing untuk membantu mengembangkan
perusahaan mereka. Begitu pula sebaliknya, perusahaan-perusahaan besar di tanah
air juga ada yang mengembangkan bisnisnya ke berbagai negara.
Dengan
melihat tren dan yang ada saat ini, komunikasi bisnis lintas budaya menjadi
sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara mereka.
Bagaimanapun diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih
dalam melakukan komunikasi lintas budaya, baik melalui tulisan (komunikasi
lewat internet) maupun lisan (tatap muka langsung).
Semakin
banyaknya pola kerja sama maupun kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia
saat ini akan menjadikan komunikasi bisnis lintas budaya semakin penting. Saat
ini beberapa pola kerja sama ekonomi di berbagai kawasan dunia, seperti kawasan
ASEAN (AFTA/ASEAN Free Trade Area), kawasan Asia Pasifik (APEC), kawasan
Amerika Utara (NAFTA/North American Free Trade Area), kawasan Kanada
(CFTA/Canada Free Trade Area), kawasan Eropa Tengah (CEFTA/Central European
Free Trade Agreement), kawasan Eropa (EFTA/Eropean Free Trade Area), dan kawasan
Amerika Latin (LAFTA/Latin American Free Trade Association).
Pendek
kata, dengan semakin terbukanya peluang perusahaan multinasional masuk ke
wilayah suatu negara dan didorong dengan semakin pesatnya perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi, maka pada saat itulah kebutuhan akan
komunikasi bisnis lintas budaya menjadi semakin penting artinya.
C. Memahami
Budaya dan Perbedaannya
1. Definisi
Budaya
Berikut
ini adalah definisi tentang budaya dari beberapa sudut pandang ahli:
- Menurut
Lehman, Himstreet dan Baty, budaya diartikan sebagai sekumpulan pengalaman
hidup yang ada dalam masyarakat mereka sendiri.
- Menurut
Hofstrede, budaya diartikan sebagai pemograman kolektif atas pikiran yang
membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya.
- Menuurt
Bovee dan Thill, budaya adalah system
sharing atas simbol-simbol, kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, dan
norma-norma untuk berperilaku.
- Menurut
murphy dan Hildebrandt, budaya diartikan sebagai tipikal karakteristik perilaku
dalam suatu kelompok.
- Menurut
Mitchel, budaya merupakan seperangkat nilai-nilai inti, kepercayaan, standar,
pengetahuan, moral, hukum, dan perilaku yang disampaikan oleh individu-individu
dan masyarakat, yang menentukan bagaimana seseorang bertindak, berperasaan, dan
memandang dirinya serta orang lain.
Berdasarkan
beberapa pengertian budaya tersebut, ada beberapa hal penting yang perlu
diperhatiakn, antara lain bahwa budaya mencakup sekumpulan pengalaman hidup,
pemograman kolektif, system sharing,
dan tipikal karakteristik perilaku setiap individu yang ada dalam suatu
masyarakat, termasuk di dalamnya tentang bagaimana sistem nilai, norma,
simbol-simbol dan kepercayaan atau keyakinan mereka masing-masing.
2. Komponen
Budaya
Budaya
mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, terutama yang berkaitan denagn
dimensi hubungan antarmanusia, meskipun bentuk dari setiap komponen budaya
dapat berbeda-beda dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Menurut
Lehman, Himstreet, dan Baty, setiap elemen terbangun oleh beberapa kompenen
utamanya, yaitu nilai-nilai (baik atau buruk, diterima atau ditolak),
norma-norma (tertulis atau tidak tertulis), simbol-simbol (warna logo suatu
perusahaan), bahasa dan pengetahuan.
Menurut
Mitchell, komponen budaya mencakup antara lain: bahasa, kepercayaan/keyakinan,
sopan santun, adat istiadat, seni, pendidikan, humor, dan organisasi sosial.
Sementara
itu menurut Cateora, budaya memiliki beberapa elemen, yaitu budaya material,
lembaga sosial, sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa.
-
Budaya material (material culture) dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu teknologi
dan ekonomi.
- Organisasi
sosial (social institution) dan
pendidikan adalah suatu lembaga yang berkaitan dengan cara bagaimana seseorang
berhubungan dengan orang lain, mengorganisasikan kegiatan mereka untuk dapat
hidup secara harmonis dengan yang lain, dan mengajar peerilaku yang dapat
diterima oleh generasi berikutnya.
- Sistem
kepercayaan atau keyakinan (belief
system) yang dianut oleh suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap sistem
nilai yang ada di masyarakat tersebut.
- Estetika
(aesthetics) berkaitan dengan seni,
dongeng, hikayat, musik, drama, dan tari-tarian.
- Bahasa
(languange) adalah suatu cara yang
digunakan seseorang dalam mengungkapkan sesuatu melalui simbol-simbol tertntu
kepada orang lain.
3. Tingkatan
Budaya
Menurut
Murphy dan Hildebrandt, dalam dunia praktis terdapat tiga tingkat budaya, yaitu
:
a. Formal
Banyak
pada tingkatan formal merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan
oleh suatu masyarakat yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi
berikutnya dan hal itu bersifat formal/resmi. Dalam dunia pendidikan, tata
bahasa Indonesia adalah termasuk salah satu budaya tingkat formal yang
mempunyai aturan yang bersifat formal dan terstruktur dari dulu hingga
sekarang. Sebagai contoh, sebuah kalimat sebaiknya terdiri atas subjek,
predikat, dan objek. Contoh lain ketika seorang tamu masuk ke ruang pimpinan
atau lainnya, maka pada umumnya ia akan mengetok pintu atau mengucapkan salam,
baru dipersilahkan masuk ruang kantor.
b. Informal
Pada
tingkatan ini, budaya lebih banyak diteruskan ole suatu masyarakat dari
generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai
(digunakan), dan dilakukan tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan.
sebagai contoh, mengapa seseorang bersedia dipanggil dengan nama julukan bukan
nama aslinya. Hal itu dilakukan karena ia tahu bahwa teman-temannya biasa
memanggil namanya dengan nama julukan tersebut.
c. Teknis
Pada
tingkatan ini, bukti-bukti dan aturan-aturan merupakan hal yang terpenting.
Pada tingkatan teknis ini, aturan-aturan disampaikan secara logis dan tepat.
Matematika adalah salah satu contoh yang sangat logis, sehingga suatu kegiatan
peluncuran roket bisa dimulai. Pembelajaran secara teknis memiliki
ketergantungan sangat tinggi pada orang yang mampu memberikan alasan-alasan
yang logis bagi suatu tindakan tertentu.
4. Mengenal
perbadaan budaya
Dalam
kehidupan sehari-hari, orang akan selalu berhubungan dengan ornag lain yang
memilik latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda. Di samping itu, orang
juga berbeda dalam hal suku, agama, ras/etnis, pendidikan, usia, pekerjaan,
status, dan jenis kelamin. Perbedaan berbagai macam latar belakang budaya yang
ada akan mempengaruhi cara seseorang mengirim, menerima, dan menafsirkan
pesan-pesan kepada orang lain.
Dalam
era globalisasi ketika banyak perusahaan asing yang melakukan kegiatan bisnis
di Indonesia, diperlukan pemahaman yang baik dan benar terhadap budaya dalam
suatu negara. Hal ini akan sangat diperlukan untuk menghindari kesalahpahaman
dalam berkomunikasi.
Dan perbedaan budaya
tersebut dapat berupa antara lain :
a. Nilai-nilai
sosial
Secara
umum orang-orang Amerika berpandangan bahwa uang akan dapat mengatur bebagai
masalah, kekayaaan yang diperoleh dari usahanya sendiri merupakan sinyal superioritas,
dan orang yang bekerja keras lebih baik daripada yang tidak bekerja keras.
Mereka juga benci terhadap kemiskinan dan menghargai kerja keras. Di Indonesia,
khususnya orang-orang yang tinggal di daerah pedesaan masih memiliki
nilai-nilai kebersamaan yang tinggi, sementara ada kecenderungan bahwa
nilai-nilai gotong royong mulai memudar di daerah perkotaan, seiring dengan
semakin tingginya sikap individualisme.
b. Peran
dan status
Budaya
menuntun peran yang akan dimainkan seseorang, termasuk siapa berkomunikasi
denga siapa, apa yang mereka komunikasikan, dan dengan cara bagaiamana mereka
berkomunikasi.
Sebagai
contoh, di negara-negara yang sedang berkembang peran wanita dalam dunia bisnis
masih relatif lemah. Sementara di negara-negara maju seperti Amerika Serikat
dan Eropa, peran wanita di dalam dunia bisnis sudah cukup kuat. Oleh karena
itu, tidaklah mengherankan kalau seorang wanita di negara-negara maju tersebut menduduki
posisi-posisi penting dalam suatu perusahaan.
Begitu
pula dalam hal konsep status, yang cara pandangnya berbeda antara negara yang
satu dengan negara yang lain. Kebanyakan satsus para eksekutif Amerika Serikat
dilihat dari simbol-simbol yang bernuansa materialistik, yang ditandai dengan
ruang sudut kantor yang luas, meja kerja ekslusif, dan sejumlah aksesori yang
menarik. Sementara di Prancis, statsus sebagai seorang eksekutif dilihat dari
ruang kerja yang berada di tengah-tengah sudut area terbuka yang dkelilingi
oleh pegawai-pegawai yang lebih rendah. Di indonesia, status sebagai seorang
eksekutif dapat dilihat dari penataan ruang kerja yang terkesan mewah dan
seberapa mewah jenis kendaraan yang digunakan.
c. Pengambilan
keputusan
Di
negara-negara maju sepertu Amerika Serikat dan Kanada, para eksekutif selalu
berupaya secepat dan seefisien mungkin dalam mengambil suatu keputusan penting.
Umumnya, para manajer puncak berkaitan dengan suatu keputusan pokok ditangani
manajer utama, sedangkan hal-hal yang lebih rinci diserahkan kepada manajer
yang berada ditingkat bawahnya. Dan lain halnya dengan di Amerka Latin dan
Jepang, proses pengambilan keputusa yang dilakukan oleh manajer ouncak umumnya
berjalan lambat dan bertele-tele.
d. Konsep
waktu
Sebagian besar penduduk negara maju
sudah menyadari bahwa waktu sangatlah berharga. Untuk menghemat waktu para
eksekutif Amerika Serikat dan Jerman membuat rencana bisnis secara efesien
dengan memusatkan perhatian pada tugas tertentu pada periode tertentu. Oleh
karena waktu sangatlah terbatas, dalam berkomunikasi mereka cenderung langsung
menuju pada pokok persoalan (to the point) dan cepat. Hal ini berbeda dengan
para eksekutif dari Amerika Latin dan Asia, yang umumnya memandang waktu
relatif luwes/fleksibel. Menurut mereka, menciptakan dasar-dasar hubungan bisnis lebih penting daripada sekedar dapat
menyelesaikan suatu pekrjaan.
e. Konsep
jarak komunikasi
Sebagaimana
masalah waktu, menjaga jarak komunikasi juga berbeda untuk budaya yang berbeda.
Ketika melakukan pembicaraan bisnis, para eksekutif Amerika Serikat dan Kanada
menjaga jarak sekitar 5 feet dari lawan bicara. Namun bagi para eksekutif
Jerman atau Jepang, jarak komunikasi tersebut dirasakan kurang dekat. Sementara
itupara eksekutif dari negara Timur Tengah
mempunyai kecenderungan untuk melakukan pembicaraan bisnis dengan jarak
komunikasi yang relatif dekat. Sebaliknya, para eksekutif Kanada cenderung
menjaga jarak agak jauh dalam melakukan pembicaraan bisnis.
f. Konteks
budaya
Salah
satu dari berbagai macam cara orang menyampaikan pesannya kepada orang lain
sangat ditentukan konteks budaya. Di dalam konteks budaya tinggi seperti Korea
atau Taiwan, orang kurang tergantung pada komunikasi verbal, tetapi lebih banyak tergantung pada komunikasi
nonverbal. Dalam melakukan percakapan mereka cenderung menyampaikan pesan-pesan
secara tidak langsung(inderect) yang disertai dengan ekspresi ataupun
gerakan-gerakan tubuh; dalam konteks budaya rendah, seperti Amerika Serikat dan
Jerman, orang sangat tergantung pada komunikasi verbal dan bukan komunikasi nonverbal. Jadi, dalam
melakukan pembicaraan mereka cenderung langsung pada persoalan atau disampaikan
secara eksplisit tanpa basa basi.
g. Bahasa
tubuh
Perbedaan
bahasa tubuh sering kali menjadi sumber kesalahpahaman berkomunukasi lintas
budaya. Sering kali orang perlu mewaspadai antar kata yang diucapakan dengan
gerakan-gerakan tubuhnya agar dapat diketahui apa maksud yang sebenarnya.
Sebagai contoh, sinyal “Tidak”. Orang Amerika Serikat dan Kanada menyatak tidak
dengan kepala kepala ke kanan dan ke kiri; orang Bulgaria dengan menggunakan
kepala ke atas dan ke bawah; sedangkan
orang Sisiliah dengan mengangkat bahu ke atas; sementara dengan orang indonesia
menggelengkan kepala ke kanan dan ke
kiri. Contoh lain membungkukkan badan yang banyak dilakukan oleh orang Jepang,
dapat dipandang oleh orang Amerika Serikat sebagai sikap menjilat. Senyuman
yang diartikan sebagai adanya kemajuan yang baik dalam pandangan orang inggris,
Skandinavia, dan Jerman, dapat diartikan sebagai malu atau marah oleh orang
Jepang.
Bentuk
bahasa tubuh lainnya adalah kontak mata. Mata adalah salah satu bagian tubuh
yang sangat ekspresif. Orang-orang Mediterania menggunakan mata untuk berbagai
tujuan antara lain : membelalakkan mata (menyatakan kemarahan mata berkedip
(menyatakan persekongkolan), bulu mata bergetar(untuk memperkuat rayuan).
h. Perilaku
sosial
Apa
yang dianggap sopan di suatu negara bisa jadi dianggap kurang sopan di negara lain. Sebagai contoh, di negara-negara
Arab memberikan suatu hadiah kepada istri orang lain dianggap tidak sopan,
namun tidak mengapa jika hadiah tersebut diberikan kepada anak-anaknya. Di
Jerman, memberikan bunga mawar merah kepada wanita dianggap sebagai suatu
unndangan yang romantis, tetapi menjadi tidak berbeda jika dikaitkan dengan
hubungan bisnis dengannya.
i. Perilaku
etis
Perilaku
yang etis dan tidak etis antar
negara pun bisa berbeda. Di beberapa
negara, perusahaan diharapakan membayar sejumlah uang secara resmi untuk
persetujuan kontrak pemerintah. Pembayaran tersebut dianggap sebagai hal yang
rutin. Sementara itu, bagi negara-negara seperti Amerika Serikat dan Swedia, hal itu bisa
dikategorikan sebagai bentuk suap sehingga tidak etis dan ilegal.
Orang-orang Jerman dan Anglo Saxon menganggap suatu
keputusan sebagai perjanjian lisan yang
akan segera dirumuskan menjadi dokumen tertulis lain. Secara etis, orang
terikat pada keputusan yangtelah dibuat. Butir-butir agen yang telah
disepakati bukan untuk diulangi atau
dibahas kembali bila palu telah diketukkan. Namun, orang Jepang ataupun orang
Eropa Selatan secara etis dapat menerima untuk meninjau kembali hal-hal yang
telah disepakati sebelumnya.
j. Perbedaan
budaya perusahaan
Budaya
organisasi adalah cara perusahaan dalam melaksanakan sesuatu. Dengan kata
lain,budaya organisasi mempengaruhi cara orang
bereaksi dengan orang lain. Ia juga dapat melihat bagaimana pekerja melakukan tugasnya,
bagaimana mereka menafsirkann dan bereaksi satu sama lainnya, dan bagaimana
mereka menandai perubahan. Saat ini,
banyak perusahaan di Amerika Serikat mencoba
membuka aliansi strategis dengan perusahaan asing , dan sebagian
mengalami kegagalan. Salah satu alasan kegagalannya pertentangan budaya antara
satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Seseorang
tidak dapat mengatsi berbagai hambatan bahasa dan budaya secara sempurna,
tetapi ia akan mudah berkomunikasi secara efektif dengan orang-orang yang
memiliki budaya berbeda bila bekerja bersama-sama di dalamnya. cara seperti itu
akan mempermudah seseorang beradaptasi
dengan lingkungannya yang baru. Praktik merupakan salah satu cara yang cukup
baik untuk meningkatkan kemampuan berkomuikasi.
D. Komunikasi
dengan Orang Berbudaya Asing
a. Belajar
tentang budaya
Ketika
merencanakan untuk melakukan bisnis dengan orang yang memiliki budaya berbeda,
seseorang akan dapat berkomuikaasi secara efektif bila ia telah mempelajari budayanya. Lagi pula, ketika
sudah merencanakan untuk tinggal di negara lain, ia tentunya juga sudah
mempersiapkan bahasa yang harus di
kuasainya.
Disamping
itu, ketika tinggal di negara lain alangkah baiknya orang tersebut juga
seddikit mengenal budaya maupun adat istiadat
yang berlaku di negara tersebut. Bahasa asing tentunya tidak dapat dipelajari
dalam waktu singkat. Namun demikian, mulai mengenal beberapa kata bahasa asing
untuk suatu pergaulan di lingkunan bisnis merupakan langkah baik yang senantiasa perlu dikembangkan.
Kalau perlu dalam suatu pertemuan yang bersifat informal bisa juga diselipkan
kata-kata bbahasa aing yang telah dipahami.
Disamping belajar bahasa, anda juga harus membaca buku dan artikel tentang budaya asing
tersebut, dan selanjutnya menanyakan secara langsung kepada mitra bisnis anda.
Usahakan agar anda berkonsentrasi belajar pada maslah-masalah yang berkaitan
dengan sejarah budaya, agama, politik, nlai-nilai dan adat istiadat. Berikut
ini adalah contoh komunikasi llintas budaya ketika melakukan perjalanan ke
suatu negara :
· Di
Spanyol, orang berjabat tangan paling lama antara lima sampai tujuh ayunan;
melepas jabat tangan segera dapat diartikan sebagai suatu bentuk penolakan. Di
Prancis, orang berjabat tangan cukup dengan hanya sekali ayunan atau gerakan.
· Jangan
memberi hadiah minuman-minuman beralkohol di negara-negara Arab.
· Di
Pakistan atau negara-negara yang berpendudukan mayoritas muslim, jangan heran
kalau di tengah-tengah suatu pertemuan bisnis mereka minta izin keluar
menunaikan ibadah sholat karena setiap Muslim wajib sholat lima waktu sehari.
· Anda
dianggap menghina tuan rummah jika anda menolak tawaran makanan, minuman atau
setiap bentuk kebaikan di negara-negara Arab. Namun, Anda juga jangan
cepat-cepat menerima bentuk tawaran tersebut. Kalau mau menolak suatu tawaran,
tolaklah dengan cara yang sopan.
· Tekankan
usia perusahaan anda ketika berhubungan bisnis
dengan pengusaha di Jerman, Belanda, dan Swiss.
b. Mengembangkan
keterampilan komunikasi lintas budaya
Mempelajari apa yang dapat dilakukan
oleh seseorang tentang budaya tertentu sebenarnya merupakan suatu cara yang
baik untuk menemukan bagaimana mengirim dan menerima pesan-pesan lintas budaya
secara efektif. Namun, perlu diingat dua hal yaitu pertama, jangan terlalu
yakin bahwa seseorang akan dapat
memahami budaya lain secara utuh atau
sempurna. Kedua, jangan mudah terbawa kepada pola generalisasi terhadap
perilaku seseorng dari budaya yang berbeda.
Mempelajari keterampilan komunikasi
lintas budaya pada umumnya akan membantu seseorang beradaptasi dalam
setiap budaya, khususnya jika seseorang
berhubungan dengan orang lain yang
memiliki budaya yang berbeda.
c. Negosiasi lintas budaya
Moran,
Sthal dan Boyar internasional, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
pelatihan lintas budaya (cross-culture
training), membedakan budaya dalam dua kelompok yaitu budaya permukaan (surface culture) seperti makanan, liburan, gaya
hidup, dan budaya tinggi (deep
culture), yang terdiri atas sikap dan nilai-nilai yang menjadi dasar budaya
tersebut.
Orang yang berasal dari budaya yang berbeda
serimng kali mempunyai pendekatan negosiasi yang juga berbeda. Tingkat
toleransi untuk suatu ketidaksetujuan punbervariasi. Sebagai contoh, negosiator
dari Amerika Serikat cenderung relatif
impersonal dalam melakukan negosiasi. Mereka melihat tujuan mereka dalam
sudut pandang ekonomi dan biasanya mereka menganggap unsur kepercayaan penting
diantara mereka. Sebaliknya para negosiator dari Cina dan Jepang lebih suka
pada suasana hubungan sosial. Jika ingin berhasil bernegosiasi di Cina, Anda
sebaiknya bersikap sabar dan menguasai bagaimana hubungan personal (pribadi) di
Cina. Di keduanegara tersebut, anda harus dapat menumbuhkan hubungan personal
sebagai dasar membangun keprcayaan daalam proses negosiasi.
Negosiasi dari negara yang berbeda mungkin
menggunakan teknik pemecahan masalah dan metode pengambilan keputusan yang
berbeda. Jika mempelajari budaya partner anda sebelum bernegosiasi, Anda akan
lebih mudah mempelajari budaya pandangan mereka. Lebih lanjut, menunjukkan sikap luwes, hormat,
sabar, dan sikap bersahabat akan membawa pengaruh yang baik bagi proses
negosiasi yang sedang berjalan, yang pada akhrnya dapat ditemukan solusi yang
menguntungkan kedua belah pihak.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Semakin pesatnya perkembangan tenologi
informasi dan komunikasi telah memberikan peluang untuk berkomunikasi dengan
seseorang yang berbicara dengan bahasa dan budaya yang berbeda. Pengemangan
keterampillan komunikasi bisnis llintas budaya menjadi semakin penting artinya, mengingat kecenderungan
dunia bisnis yang semakin mengglobal.
Terdapat tiga tingkatan budaya, yaitu
formal,informal, dan teknis. Kendala utama dalam komunikasi lintas budaya
adalah perbedaan budaya dan masalah bahasa. Perbedaan budaya sering kali
menjadikan komunikasi tidak efekti.
Perbedaan
budaya dapat ditunjukkan dalam nilai-nillai sosial, ide status,
kebiasaan pengambilan keputusan, sikap terhadap waktu, pengaturan jarak bicara, konteks budayaa, bahasa tubuh,
adayt-istiadat, perilaku hukum dan etika.
Seseorang dapat mempelajari budaya tertentu dengan cra membaca buku-buku
dan artikel, berbicara dengan orang yang menjadi bagian dari suatu budaya,
mengunjungi suatu negara, belajar bahasanya, belajar sejarah budaya suatu
negara, agama, politik, nilai-nilai, dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan
oleh masyarakat suatu negara.
B. Saran
Dengan semakin terbukanya peluang
perusahaan multinasional masuk ke wilayah suatu negara dan di dorong dengan
semakin pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, maka pada
saat itulah kebutuhan akan komunikasi bisnis lintas budaya menjadi semakin
penting artinya. Dengan demikian kita perlu untuk mempelajari berbagai macam
budaya, baik dalam negeri maupun luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Purwanto,
Djoko. Komunikasi Bisnis. 4-th.
Edition. Surakarta : Erlangga, 2010.