BAB II
PEMBAHASAN
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR DAN ASAS
PEMBELAJARAN
A. Prinsip-prinsip Belajar
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli
yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan juga perbedaan. Dari berbagai
prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip-prinsip belajar yang relatif
berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi
siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya
meningkatkan mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan
motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan,
tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
1. Perhatian dan motivasi
Perhatian
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar.Dari kajian teori belajar pengolahan
informasi terungkap bahwa tanpa adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar
(Gage dan Berliner, 1984:335 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:42). Perhatian terhadap pelajaran akan
timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Apabila
perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan perhatiannya.
Motivasi
adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas
seseorang.Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan kemudi pada mobil (Gage dan
Berliner, 1984:372 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:42). Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept
we use when we describe the force action on or within an organism to initiate
and direct behavior”. Motivasi dapat merupakan tujuan pembelajaran.sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan
dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual
dan estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti
halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan
keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan
keterampilan.
Motivasi erat kaitannya dengan
minat.siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu
cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi
tersebut.Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anggap penting
dalam kehidupan.Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan
motivasinya.Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya
sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi
dibedakan menjadi dua:
1.1 Motif intrinsik.
Motif
intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang
dilakukan.Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata
pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
1.2 Motif ekstrinsik.
Motif
ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya
tetapi menjadi penyerta.Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan
dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh
keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah.Keinginan naik kelas atau
mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang
disebut “transformasi motif”.Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya
yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah
ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar
beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan
senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik
menjadi intrinsik.
2. Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga
tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi
apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar
adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka
inisiatif harus datang sendiri.Guru sekedar pembimbing dan pengarah (Davies,
1937:31 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:44). Menurut teori kognitif,
belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi,
tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi (Gage dan
Berliner, 1984:267 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:45). Menurut teori ini anak memiliki
sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar
mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan
fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan
keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan
psikis.Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih
keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya
menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang
dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil
percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
3.
Keterlibatan
langsung/berpengalaman
Menurut
Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut
pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari
pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar
mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Sebagai contoh
seseorang yang belajar membuat tempe, yang paling baik apabila ia terlibat
secara langsung dalam pembuatan, bukan sekedar melihat bagaimana orang membuat
tempe, apalagi sekedar mendengar orang bercerita bagaimana cara pembuatan
tempe.
Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok
dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai
pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya
keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan
dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam
penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai,
dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan.
4. Pengulangan
Menurut
teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia
yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan,
berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut
akan berkembang. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi
tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan
akan menjadi sempurna.
Pada teori psikologi Asosiasi atau Koneksionisme, berangkat dari salah satu hukum
belajarnya “law of exercise”, Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah
pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap
pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Pada
teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus
saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke
kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah.Ketiga teori tersebut menekankan
pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda.Walaupun
kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang
dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan
semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar
pembelajaran (Gage dan Berliner, 1984:259 dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009:47).
5. Tantangan
Teori
Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi
belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa
menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan
yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan
itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut.Tantangan yang dihadapi
dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar
yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat
siswa tertantang untuk mempelajarinya.
Penggunaan
metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa
untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun
negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh
ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan (Dimyati dan
Mudjiono, 2009:48).
6. Balikan dan penguatan
Prinsip
belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh
teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner.Kalau pada teori
conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant
conditioning yang diperkuat adalah responnya.Kunci dari teori belajar ini
adalah law of effectnya Thorndike.Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan
nilai yang baik dalam ulangan.Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar
lebih giat lagi.Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau
penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak
untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape
conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode
penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan
terjadinya balikan dan penguatan. (Dimyati dan Mudjiono, 2009:48-49)
7. Perbedaan individu
Siswa
merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama
persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan
belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan
klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan
individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa
sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama,
demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran
klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa
cara, misalnya:
Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang
bervariasi
1.1 Penggunaan metode instruksional
1.2 Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi
siswa pandai dan memberikan
bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang
1.3 Dalam
memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa
Implikasi
prinsip-prinsip belajar bagi siswa dan guru tampak dalam setiap kegiatan
perilaku mereka selama proses pembelajaran berlangsung.
B. Prinsip-Prinsip Pembelajaran di Sekolah Dasar
Masa
usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia 6
hingga kira-kira usia 11 atau 12 tahun. Sesuai dengan karakteristik anak usia
sekolah dasar yang suka bermain, memiliki rasa ingin tahu yang besar, mudah
terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar membentuk kelompok sebaya. Oleh karena
itu, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang diperlukan
agar tercipta suasana yang kondusif dan menyenangkan tersebut, yaitu:
1.
Prinsip
Motivasi, adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan belajar, baik dari dalam
diri anak atau dari luar diri anak, sehingga anak belajar seoptimal mungkin
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
2.
Prinsip latar
belakang, adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar memerhatikan pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan
yang membosankan.
3.
Prinsip
pemusatan perhatian, adalah usaha untuk memusatkan perhatian anak dengan jalan
mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih terarah untuk mencapai tujuan
yang hendak dicapai.
4.
Prinsip
keterpaduan, merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Oleh
karena itu, guru dalam menyampaikan materi hendaknya mengaitkan suatu pokok
bahasan dengan pokok bahasan lain, atau subpokok bahasan dengan subpokok bahasan
lain agar anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil
belajar.
5.
Prinsip
pemecahan masalah, adalah situasi belajar yang dihadapkan pada
masalah-masalah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka dan juga mendorong mereka
untuk mencari, memilih, dan menentukan pemecahan masalah sesuai dengan
kemampuannya.
6.
Prinsip
menemukan, adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak untuk
mencari, mengembangkan hasil pemerolehannya dalam bentuk fakta dan informasi.
Untuk itu, proses belajar mengajar yang mengembangkan potensi anak tidak akan
menyebabkan kebosanan.
7.
Prinsip belajar
sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan berdasarkan
pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh pengalaman baru. Pengalaman
belajar diperoleh melalui bekerja tidak mudah dilupakan oleh anak. Dengan
demikian, proses belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada anak untuk
bekerja, berbuat sesuatu akan memupuk kepercayaan diri, gembira dan puas karena
kemampuannya tersalurkan dengan melihat hasil kerjanya.
8.
Prinsip belajar
sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan suasana
menyenangkan bagi siswa dalam belajar, karena dengan bermain pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan daya fantasi anak berkembang. Suasana demikian akan
mendorong anak aktif dalam belajar.
9.
Prinsip
perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses belajar mengajar yang
memerhatikan perbedaan individu dari tingkat kecerdasan, sifat, dan kebiasaan
atau latar belakang keluarga. Hendaknya guru tidak memperlakukan anak
seolah-olah sama semuanya.
10.
Prinsip
hubungan sosial, adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang tumbuh yang
banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan belajar hendaknya dilakukan
secara berkelompok untuk melatih anak menciptkan suasana kerja sama dan saling menghargai
satu sama lain.
Memerhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di atas sangan
mendesak untuk dilakukan oleh setiap guru yang melakukan proses pembelajaran di
sekolah dasar. Tanpa itu, pembelajaran hanya mampu menyentuh aspek ingatan dan
pemahaman saja. Karena guru yang masih cenderung mendominasi pengajaran,
merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
(Susanto, 2015:86-89).
C. Unsur-Unsur
Dinamis Dalam Belajar Dan Pembelajaran
Belajar merupakan proses intenal siswa
dan pembelajaran merupakan kondisi eksternal belajar. Dari segi siswa, belajar
merupakan kegiatan peningkatan kemampuan kognitif , afektif, dan psikomotorik
menjadi lebih baik.
Adapun
unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran:
1. Dinamika siswa
dalam belajar
Siswa yang belajar berarti menggunakan kemampuan
kognitif, afektif, dan psikomotorik terhadap lingkungannya. Ada beberapa ahli
yang mempelajari ranah-ranah tersebut dengan hasil penggolongan
kemampuan-kemampuan pada ranah kognitif,afektif, dan psikomotorik secara
hirarkis. Hasil penelitian para ahli tersebut berbeda-beda. Para ahli yang
mempelajari ranah-ranah kejiwaan adalah, bloom, krathwohl, dan simpson. Mereka
ini menyusun penggolongan prilaku (kategori prilaku) berkenan dengan kemampuan
internal dalam hubungannya dengan tujuan pengajaran.
2. Dinamika guru dalam kegiatan pembelajaran
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran disekolah relatif
tinggi. Peran guru tersebut terkai dengan peran siswa dalam belajar. Kondisi
eksternal yang berpengaruh pada belajar yang penting adalah bahan belajar,
suasana belajar, media sumber belajar, dan subjek pembelajar itu sendiri.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Prinsip-prinsip
belajar yang dapat kita
pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa yang perlu
meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam upaya meningkatkan
mengajarnya. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan,
keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan
penguatan, serta perbedaan individual.
Masa usia sekolah dasar adalah masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari
usia 6 hingga kira-kira usia 11 atau 12 tahun, Oleh karena itu, guru perlu memperhatikan
beberapa prinsip pembelajaran yang diperlukan agar tercipta suasana yang
kondusif dan menyenangkan.
DAFTAR PUSTAKA
http://techonly13.wordpress.com/2010/08/01/asas-asas-pembelajaran/
http://blog.unsri.ac.id/download1/15206.pdf
http://blog.tp.ac.id/pdf/tag/makalah-prinsip-prinsip-belajar-dan-pembelajaran.pdf
http://blog.elearning.unesa.ac.id/pdf-archive/prinsip-belajar-dan-asas-asas-pembelajaran-dalam-bentuk-pdf.pd
Tidak ada komentar:
Posting Komentar