Kalor Jenis
Zat Padat
(P8)
Rikka
Thalia Rossalina, Hediyanti Rahayu, Hennisa Norjannah, Ika Rusdiana Dewi, Iin
Nila sari, Riska Asyari putri dan Misbah, M.Pd
Program Studi Pendidikan IPA, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mngkurat
Jln. Brigjen H. Hasan Basri, Banjarmasin 70123
E-mail: Info@unlam.ac.id
Program Studi Pendidikan IPA, Jurusan Pendidikan Matematika dan IPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lambung Mngkurat
Jln. Brigjen H. Hasan Basri, Banjarmasin 70123
E-mail: Info@unlam.ac.id
Abstrak—Percobaan ini bertujuan untuk menentukan kalor jenis
zat padat. Metode yang digunakan dalam percobaan ini yaitu memanaskan zat padat
(aluminium) dengan suhu yang ditentukan dan memasukkannya ke dalam kalorimeter
yang berisi air,sehingga setelah dicampurkan terjadi kesetimbangan suhu atau
diperoleh suhu campuran. Pada percobaan ini menggunakan persamaan:
cb= 

Sehingga diperoleh nilai kalor jenis zat padat berturut-turut
sebesar (0,325)/kgCo, (0,296)/kgCo,
dan (0,86)/kgCo. Nilai kalor jenis zat padat secara teoritis sebesar
900 J/kgCo. Nilai kalor jenis zat padat ketiga percobaan tersebut
tidak sesuai dengan teoritisnya. Ketidaksesuain ini disebabkan karena
ketidaktelitian menggunakan alat ukur dan ketidakkonsisten dalam mengaduk massa
air serta faktor lainnya.
Kata kunci—Kalor Jenis, Zat Tinggi, Suhu Padat, Suhu Rendah, Suhu
Campuran dan Azas Black .
I.
PENDAHULUAN
S
|
ecara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang
dimiliki suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya
tinggi maka kalor yang terkandung oleh benda sangat besar, begitupun
sebaliknya. Kalor didefinisikan sebagai energi yang berpindah dari benda yang
suhunya tinggi ke benda yang suhunya rendah ketika benda tersebut bersentuhan
atau tercampur. Bila energi panas ditambahkan pada suatu zat maka temperatur
zat itu biasanya naik. Jumlah energi panas Q yang dibutuhkan untuk menaikkan
temperatur suatu zat adalah sebanding dengan perubahan temperatur dan massa zat
itu (Q=C
T=mc
T) dengan C adalah
kapasitas panas zat,yang didefinisikan sebagai energi panas
yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur suatu zat dengan satu derajat. Panas
jenis C adalah kapasitas panas persatuan massa. Kalor (panas) sangat berperan
dalam kehidupan sehari-hari.


Penentuan kalor jenis
zat padat dapat dilakukan dengan menggunakan banyak metode. Salah satu
diantaranya adalah dengan menggunakan alat kalorimeter, yaitu denganmenggunakan
asas Black. Untuk memahami penggunaan metode ini maka dilakukan percobaan
menentukan kalor jenis zat padat.
Berdasarkan latar
belakang di atas, dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu “Bagaimana menentukan
kalor jenis zat padat?”
Adapun tujuan dari
percobaan ini adalah menentukan kalor kenis zat padat.
II.
KAJIAN
TEORI
Kalor jenis zat adalah
bilangan yang menunjukkan berapa kalori yang diperlukan untuk memanaskan satu
satuan massa zat dengan kenaikan suhu sebesar 1
. Untuk pemanasan m
gram massa dengan kenaikan suhu sebesar
T diperlukan waktu
sebesar:


Q=mc
T

Dengan c= kalor jenis
zat.
Kalor
jenis zat pada dasarnya tidak bergantung pada suhu. Kalor jenis dalam hal ini
adalah panas rata-rata untuk rentanh suhu tersebut. Kalor jenis dapat
ditentukan dengan kalorimeter, jika tidak ada pertukaran kalor antara
kalorimeter dengan sekelilingnya maka berlaku:
Qlepas =Qserap
mbcb(Tb-T2)=
(maca+ mkck)(T2-T1)
dengan:
mb =massa
benda padat (kg), ma =massa zat cair (kg), mk =massa
kalorimeter dan pengaduk (kg), ck =kalor jenis kalorimeter dan
pengaduk (J/kgCo), T2 =suhu akhir campuran (
), Tb =suhu benda padat (
), T1 =suhu awal air (
)



Dalam persamaan di
atas, tidak ada suhu yang menyatakan kalor yang diperlukan untuk penguapan air
berarti dalam percobaan ini dapat diabaikan.[1]
Kalor
jenis adalah sifat khusus suatu zat yang menunujukkan kemampuan untuk menyerap
kalor jenisnya tinggi mampu menyerap kalor lebih banyak kalor untuk menaikkan
suhu yang rendah.
Dalam
istilah lain kalor jenis berarti persatuan massa, yang dalam satuan SI berarti
per kg. Kalor jenis merupakan ciri suatu zat.[2]
Kalor
jenis suatu benda tidak bergantung dari massa benda, tetapi bergantung oada
sifat dan jenis benda tersebut. Jika kalor tersebut akan cepat bila dipanaskan.[3]
Karena kalor yang timbul akibat perbedaan suhu, maka
sam pai dengan pertengahan abad ke-18 istilah kalor dan suhu memiliki arti yang
sama. Joseph Black pada tahun 1760 merupakan orang pertama yang menyatakan
perbedaaan antara suhu dengan kalor. Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu
benda yang diukur dengan termometer, sedangkan kalor adalah sesuatu yang
mengalir dari benda panas ke benda lebih
dingin untuk menyamakan suhunya. Sedangkan dalam Fisika, istilah kalor selalu
mengaju pada energi yang berpindah dari satu benda ke benda lainnya karena
perbedaan suhu. Begitu proses perpindahan energi ini berhenti maka kalor tidak
lagi memiliki arti. Jadi, kalor bukanlah
jumlah energi yang dikandung dalam suatu benda. Karena itu tidaklan tepat
menyatakan bahwa suatu benda mengandung kalor.[4]
Ketika
kalor mengalir di dalam sistem yang terisolasi, kekekalan energi memberitahukan
kita bahwa kalor yang diterima oleh satu bagian sistem sama dengan kalor yang dikeluarkan
oleh bagian sisitem yang lain. Ini merupakan dasar kalorimetri yang merupakan
pengukuran kuantitatif pertukaran kalor.[5]
Tabel 1. Nilai-nilai cp
untuk beberapa benda (pada temperatur kamar dan untuk p=1,01 atm)
Zat
|
Kalor jenis kal/goC
|
Kalor jenis J/goC
|
Berat molekul g/mol
|
Kapasitas Kalor molar kal/moloC
|
Kapasitas Kalor molar J/moloC
|
Aluminium
|
0,215
|
0,900
|
27,0
|
5,82
|
24,4
|
Karbon
|
0,121
|
0,507
|
12,0
|
1,46
|
6,11
|
Tembaga
|
0,0923
|
0,386
|
63,5
|
5,85
|
24,5
|
Timbal
|
0,0305
|
0,128
|
270
|
6,32
|
26,5
|
Perak
|
0,0564
|
0,236
|
108
|
6,09
|
25,5
|
Tungsen
|
0,0321
|
0,134
|
184
|
5,92
|
24,8
|
[6]
III.
METODE
PERCOBAAN
Pada percobaan kalor
jenis zat padat ini diperlukan alat dan bahan untuk melakukan suatu praktikum agar berjalan lancar
yaitu 1 buah neraca ohauss, 2 buah kalorimeter, 2 buah termometer, 1
buah bejana pemanas, 1 buah Bunsen spritus, 1 buah pemantik, 1 buah kawat kasa,
1 buah kaki tiga, dan air murni secukupnya serta 1 buah benda padat (balok
aluminium).
Ganbar 1. Neraca ohauss

Gambar 2. Kalorimeter

Gambar 3. Termometer

Gambar 4. Bunsen Spritus

Gambar 5. Kawat Kasa

Gambar 6. kaki Tiga
Dalam percobaan ini rumusan
hipotesisnya yaitu kalor jenis zat padat pada percobaan sama dengan kalor jenis
zat padat secara teoritisnya yaitu semakin besar massa air maka semakin kecil
suhu akhir campuran.
Adapun dalam percobaan ini yang
menjadi variabel manipulasinya adalah suhu benda padat yang dipanaskan (Tb),
yaitu mengubah massa air sebanyak tiga kali yaitu sebesar (93,60±0,05)oC, (143,20±0,05)oC,
dan (193,30±0,05)oCyang mengukur menggunkan gelas ukur. Variabel
responnya adalah suhu campuran /setimbang (T2), yaitu mengukur suhu sebanyak tiga kali yaitu sebesar (31,0 ±0,5)oC, (30,0±0,5) oC,
dan (29,0±0,5) oC yang diukur dengan menggunakan termometer. Sedangkan variabel kontrolnya adalah massa air mk dan mb
yaitu menetapkan sebesar (135,2±0,05)x10-3kg, dan (29,20±0,05)x10-3kg
yang diukur dengan menggunakan neraca digital, Suhu air T1 yaitu
sebesar (28,0±0,5)oC, jenis
kalorimeter yaitu aluminium, jenis zat padat yaitu aluminium dan suhu ruangan
31oC.
Langkah pada percobaan
ini yaitu pertama, mengambil isi kalorimeter dan pengaduknya kemudian menimbang
dan mencatat hasilnya sebagai mk. Lalu, memasukkan sedikit air ke
dalam kalorimeter dan pengaduknya kemudian menimbang dan mencatat sebagai mtotal.
Menentukan massa air dengan persamaan ma = mtotal -
mk. Mengukur suhu air dalam kalorimeter sebagai T1. Pada
saat bersamaan, isi bejana dengan air dan benda padat seperti gambar 7. Setelah mencapai suhu Tb
yang ditentukan, dengan cepat memasukkan ke dalam kalorimeter. Mengaduk
pelan-pelan dan mencatat suhunya setelah mencapai kesetimbangan. Mengulangi
langkah di atas dengan suhu benda padat dan massa air yang berbeda-beda.

Gambar 7. Rancangan percobaan kalo jenis zat padat
Adapun teknik analisis dalam
percobaan ini adalah dengan menghitung nilai kalor jenis suatu benda dengan
persamaan:
Qlepas =Qserap
mbcb(Tb-T2)=
(maca+ mkck)(T2-T1)
maka didapat,
cb= 

Kemudian, membandingkan nilai kalor jenis pada
percobaan dengan nilai kalor jenis secara teoritis.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Jenis bahan kalorimeter = Aluminium
Jenis bahan zat padat = Aluminium
Suhu ruangan =
31

Tabel 2.
Percobaan kalor jenis zat padat
Perc. Ke
|
1
|
2
|
3
|
(mk±0,05)x10-3kg
|
135,20
|
135,20
|
135,20
|
(ma±0,05)x10-3kg
|
93,60
|
143,20
|
193,30
|
(mb±0,05)x10-3kg
|
29,20
|
29,20
|
29,20
|
(Tb±0,5)
![]() |
70,0
|
70,0
|
70,0
|
(T1±0,5)
![]() |
28,0
|
28,0
|
28,0
|
(T2±0,5)
![]() |
31,0
|
30,0
|
29,0
|
Dari hasil percobaan ini yang dilakukan sebanyak tiga
kali maka diperoleh nilai kalor jenis
zat padat berturut-turut sebesar (0,325)
kkal/kgCo, (0,296) kkal/kgCo, dan (0,86)
kkal/kgCo. Dari ketiga percobaan tersebut hasil yang kami
peroleh sangat berbeda dengan secara teoritis. Nilai kalor jenis zat padat
secara teoritis sebesar 900 J/KgCo.
Seharusnya harga air kalorimeter pada percobaan kami sama dengan teori, sesuai
hipotesis kami kalor jenis zat padat pada percobaan sama dengan kalor jenis zat
padat secara teoritisnya. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh beberapa faktor,
diantaranya kesalahan dalam praktikum seperti ketidaktepatan dalam membaca alat
ukur, kesalahan dalam mengaduk air dalam kalorimeter atau ketidakkonsistenan
praktikan dalam mengaduk-aduk air di dalam kalorimeter tersebut (terlalu cepat
dalam mengaduk), tutup kalorimeter yang tidak rapat dengan kalorimeternya yang
menyebabkan sebagian panasnya keluar dari termometer, selain itu ketika
mengaduk airnya sedikit tumpah dari kalorimeter. Dan ketidaktepatan dalam
mengukur suhu akhir/suhu campuran (Ta), faktor suhu ruangan dan
faktor-faktor lainnya yang tidak diketahui. Dari hasil harga air kalorimeter
yang kami peroleh yang tidak sesuai teoritis menunjukkan bahwa percobaan yang
kami lakukan tidak berhasil.
Pemanfaatan
kalor jenis dalam kehidupan sehari-hari dapat kita jumpai dari
peralatan rumah tangga disekitar kita. Kalor adalah salah satu bentuk energi
maka satuan kalor pun sama dengan satuan energi, yaitu joule atau kalori. Kalor
dapat menaikkan suhu suatu zat dan dapat mengubah wujud zat. Benda yang
mendapat kalor suhunya naik, sedang yang melepas kalor suhunya turun. Contohnya Pemanfaatan kalor pada termos yaitu berfungsi untuk
menyimpan zat cair yang berada di dalamnya agar tetap panas dalam jangka waktu
tertentu. Termos dibuat untuk mencegah perpindahan kalor secara konduksi,
konveksi, maupun radiasi, Pemanfaatan kalor pada seterika dimana seterika terbuat dari logam yang
bersifat konduktor yang dapat memindahkan kalor secara konduksi ke pakaian yang
sedang diseterika. Adapun, pegangan seterika terbuat dari bahan yang bersifat
isolator. Dan banyak lagi manfaat kalor atau kegunaan kalor dalam kehidupan
sehari-hari.
V.
SIMPULAN
Dengan
membandingkan nilai kalor jenis zat padat secara teoritis sebesar 900J/KgCo.Selanjutnya,
dengan menggunakan persamaan:
cb=

Diperoleh nilai kalor jenis zat
padat pada hasil percobaan berturut-turut sebesar {(0,325) kkal/kgCo, (0,296) kkal/kgCo,
dan (0,86) kkal/kgCo }. Dari nilai kalor
jenis zat padat ketiga percobaan tersebut tidak sesuai dengan teoritisnya.
Ketidaksesuain hasil percobaan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, seperti
yang telah disebutkan dalm analisis.
Dari hasil kalor jenis zat padat
yang kami peroleh tidak sesuai dengsn teoritis. Maka disimpulkan bahwa percobaan yang kami lakukan tidak berhasil.
UCAPAN
TERIMA KASIH
Saya
mengucapkan terima kasih kepada asisten praktikum “ Kalor Jenis Zat Padat“ yaitu
Riska Asyari Putri yang memberikan panduan saat melakukan percobaan, pembuatan
laporan serta membantu selama pengambilan data saat percobaan atau prktikum
berlangsung. Dan tidak lupa pula kepada teman-teman praktikum satu kelompok
yang telah mau bekerjasma dalam menyelesaikan percobaan ini sehingga bisa
berjalan dengan lancar. Saya sebagai praktikan juga mengucapkan rasa syukur
kepada Allah SWT. Karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan
ini dengan lancar.
DAFTAR
PUSTAKA
[1]
Giancoli, C. Douglas. 1999. Fisika. Jakarta: Erlangga.
[2]
Kanginan, Marthen. 2006. Fisika Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
[3]
Kanginan, Marthen. 1999. Seribu Pena Fisika 1. Jakarta: Erlangga.
[4]
Resnick, Halliday. 1999. Fisika Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
[5]
Tim Dosen Fisika.2015. Modul Praktikum Fisika Dasar 1. Banjarmasin: FKIP UNLAM.
[6]
Zaelani. 2006. 1700
Bank Soal Bimbingan Pemantapan Fisika. Bandung: Irama Widya.
kak kalau boleh tau itu kajian teorinya dapat dari mana ya?
BalasHapusatau kalau boeh tau dari buku apa?
BalasHapus