BAB II
KAJIAN
MATERI
A. Definisi Cooverative Learning (
Pembelajaran Kooperative )
Pembelajaran kooperative merupakan
pembaruan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Asas dari pembelajaran
kooperative adalah mengaktifkan peserta didik untuk belajar bersama-sama agar
tercipta pembelajaran bermakna (meaningful learning). Pembentukkan
kelompok-kelompok didasarkan pada kumpulan peserta didik yang heterogen.
Menurut Isjoni (2012:15) cooperative
learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya satu kelompok atau satu
tim. Pembelajaran kooperative menurut Johnson, dkk. (2012:4) merupakan proses
belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang
memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di dalamnya dengan tujuan
untuk memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama
lainnya.
Dari pengertian tersebut terdapat 3 kata
kunci (key world) penting yang dapat diuraikan secara lebih jelas. Pertama,
pembelajaran kooperative adalahpembelajaran yang dilakukan dengan
membuat kelompok-kelompok. Kedua ,
pelajaran kooperative menitikberatkan pada terciptanya kerja sama antar siswa
dalam rangka optimalisasi ketercapaian tujuan pembelajaran. Ketiga , pembelajaran kooperative adalah
pembelajaran yang memfokuskan pada kompetensi peserta didik sebagai individu
maupun kompetensi peserta didik dalam melakukan proses adaptasi dan interaksi
dengan lingkungan dikelompoknya.
Terdapat landasan teoritik penting yang
mendasari cooperative learning.
Landasan teoritik tersebut adalah Social-Interdependence
theory (teori saling ketergantungan sosial), dan Cognitive developmental theory(teori perkembangan kognitif). Kedua
dasar teori yang menjadi landasan cooperative
learning memiliki konsep yang berbeda-beda namun saling memiliki hubungan
yang kuat dalam membangun suatu paradigma baru terkait dengan proses
pembelajaran.
Social-Interdependence
theory (teori
saling ketergantungan sosial)
beranggapan bahwa setiap organisme memiliki ketergantungan antar satu
organisme dengan oganisme lainnya. Artinya bahwa perilaku manusia sangat
dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang ada disekitarnya. Social-Interdependence theoryberpandangan bahwa interdependensi
sosial sangat menentukan bagaimana terjadinya interaksi sosial, interdependensi positif (kerja sama) akan
menghasilkan interaksi yang mampu meningkatkan kelompok tersebut. Adapun
interpendensi negatif (persaingan) biasanya akan menghasilkan interaksi yang
sifatnya posisional (menentang) (Johnson et al., 2012:23).
Adapun Cognitive
developmental theory(teori perkembangan kognitif) memiliki pandangan bahwa
perkembangan pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh perkembangan fisik
maupun mental seseorang. Artinya bahwa seorang individu akan mengalami
perkembangan kognitif mereka seiring dengan pertumbuhan fisik dan mental
mereka. Individu yang berinteraksi dengan orang lain akan menyebabkan munculnya
konflik sosio-kognitif yang pada akhirnya akan menciptakan ketidakseimbangan
kognitif, sehingga pada saatnya akan merangsang atau memicu kemampuan seseorang
dalam pengambilan perspektif dan perkembangan kognitif mereka. Adanya perbedaan
pandangan kognitif antar-individu dalam interksi sosial maka akan menyebabkan
terjadinya konseptualisasi dalam kognisi individu yang bersangkutan (Johnson et
al., 2012:24).
B. Prinsip Dasar Cooperative Learning
Lima
prinsip dasar dalam pembelajaran cooperative
learning yang menurut Johnson dkk (2012:8) meliputi (1) Interdepedensi Positif (Positive Independence), (2) Interaksi yang Mendorong Promotive Interaction), (3) Tanggung Jawab Individual (Individual Accountability), (4) Keterampilan Interpersonal
dan Kelompok
Kecil
(Interpersonal
and Small
Group
Skills), dan (5) Pemrosesan Kelompok (Group Processing).
1)
Interdepedensi Positif (Positive Interdependence) atau ketergantungan positif
merupakan hal yang menjadi tuntutan
dalam pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil yang maksimal. Setiap
anggota kelompok memiliki tanggung jawab masing-masing sesuai dengan pembagian
tugas yang telah dilakukan. Keberhasilan suatu kelompok tentunya sangat
dipengaruhi oleh kinerja masing-masing anggota. Oleh karena itu, setiap anggota
kelompok memiliki ketergantungan yang saling terkait dan saling mendukung untuk
tercapainya suatu hasil pembelajaran secara maksimal.
2)
Interaksi
yang Mendorong
(Promotive
Interaction) merupakan prinsip dasar
pembelajaran cooperative. Artinya bahwa dalam pembelajaran yang
dilaksanakan,peranan masing-masing peserta didik dalam memberikan motivasi dan
tindakan yang mendukung proses pembelajaran menjadi sangat penting. Peserta
didik diharapkan melakukan interaksi secara optimal dan saling memberikan
informasi dalam proses diskusi yang dilaksanakan. Interaksi yang tercipta
secara baik dan dengan dorongan kuat untuk saling bekerjasama tentu akan
menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Hal
penting yang perlu ditekankan bahwa dalam proses pembelajaran peserta
didik diharapkan memberikan kontribusi secara positif terhadap
pencapian-pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
3)
Tanggung
Jawab
Individual
(Individual
Accountability) menjadi penekanan yang tidak
dapat diabaikan dalam pembelajaran kooperatif. Tanggung jawab setiap individu
atau peserta didik menjadi komponen yang esensial. Tujuan dari pembelajaran
kelompok salah satunya adalah untuk membentuk pribadi kuat yang dimiliki dalam
diri masing-masing anggota kelompok. Pribadi kuat dapat diartikan bahwa
masing-masing individu (anggota kelompok) memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada diri mereka,agar tujuan pembelajaran
tercapai secara optimal. Tanggung jawab yang ada dalam setiap anggota kelompok
tidak menjadikan individu menjadi egosi dan bekerja secara individual. Akan
tetapi sebaliknya dengan adanya tanggung jawab tersebut diharapkan
masing-masing anggota kelompok mampu memberikan bantuan dan dukungan kepada
anggota lain yang membutuhkannya.
4)
Keterampilan
Interpersonal
dan Kelompok
Kecil
(Interpersonal
and Small
Group
Skills) merupakan komponen esensial
yang ada dalam cooperative learning.
Maksudnya bahwa dalam pembelajaran kooperatif dibutuhkan
keterampilan-keterampilan individu untuk mendukung kelompoknya dalam mencapai
target yang telah ditentukan dalam kelompok tersebut. Langkah tersebut akan
dapat tercapai jika setiap individu memiliki keterampilan berkeja sama yang
baik dalam suatu kelompok. Tanpa adanya keterampilan bekerjasama dalam kelompok
(team work) maka keterampilan yang dimiliki individu tidak akan berdampak
secara optimal terhadap keberhasilan kelompok mereka.
5)
Komponen
penting
dalam cooperativ learning adalah Pemrosesan Kelompok (Group
Processing). Pemrosesan kelompok merupakan
kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan proses evaluasi terhadap proses
pembelajaran dalam masing-masing kelompok. Keberhasilan maupun kegagalan sebuah
kelompok tentu saja sangat dipengaruhi oleh kinerja masing-masing anggotanya.
Oleh karena itu,untuk meningkatkan kinerja kelompok tentu dibutuhkan pemrosesan
kelompok untuk mengetahui hambatan-hambatan maupun potensi-potensi yang ada
dalam kerjasama kelompok tersebut. Dari pemrosesan kelompok inilah nantinya
akan didapatkan suatu keputusan yang tepat dalam rangka meningkatkan kinerja
kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara
maksimal.
C. Ciri-ciri Cooperative Learning
Menurut
Jihad dan Haris (2009:11) metode kooperative memiliki ciri-ciri sebagai berikut
:
a.
Siswa
belajar dalam kelompok secara kooperative.
b.
Kelompok
tersusun secara heterogen, baik dari kemampuan siswa, ras, suku, budaya, etnis,
maupun jenis kelamin.
c.
Penghargaan
lebih dititikberatkan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Adapun
menurut Isjoni (2012:20) terdapat 5 ciri-ciri dalam metode cooperative
learning, yaitu :
1.
Adanya
peran yang dimiliki oleh setiap anggota didalam proses pembelajaran,
2.
Terciptanya
interaksi secara langsung diantara siswa,
3.
Masing-masing
anggota memiliki tanggung jawab atas proses belajarnya dan juga anggota lain
didalam kelompoknya,
4.
Guru
berperan sebagai fasilitator dalam rangka mengembangkan keterampilan-keterampilan
interpersonal kelompok,
5.
Peran
guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dilakukan secara efektif dan
efisien ketika melakukan interaksi dengan peserta didik.
D. Aspek-aspek Cooperative Learning
·
Tujuan
: Semua siswa ditempatkan dalam kelompok. Kelompok kecil (sering kali beragam)
dan diminta untuk;
(a) mempelajari materi tertentu dan (b) saling memastikan semua anggota
mempelajari materi tersebut.
·
Level
Kooperatif : kerja sama dapat diterapkan dalam semua level kelas (dengan cara
memastikan bahwa semua siswa ruangan
kelas benar-benar mempelajari materi yang ditugaskan) dan level
sekolah (dengan cara memastikan
bahwa semua siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan secara akademik).
·
Pola
Interaksi : Semua siswa saling mendorong kesuksesan antara satu sama lain.
Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling menjelaskan
cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak penjelasan
masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras dan saling memberikan
bantuan akademik jika ada yang membutuhkan. Pola interaksi ini muncul di dalam
dan di antara kelompok kooperatif.
·
Eveluasi
: Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanan biasanya
terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap individu siswa bisa
pula di fokuskan pada setiap kelompok, semua siswa, ataupun sekolah.
E. Tujuan Pembelajaran Cooperative
Learning
Menurut Slavin, tujuan pembelajaran
kooperatif berbeda
dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetensi, yaitu
keberhasilan individu diorientasikan
pada kegagalan orang lain. Adapun tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah
menciptakan situasi bahwa keberhasilan individu ditentukan oleh pengaruh keberhasilan kelompok.
Model pembelajaran kooperaatif dikembangkan
untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh ibrahim,
yaitu sebagai berikut ;
a)
Hasil
Belajar akademik
Dalam belajar kooperatif
meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga diperbaiki prestasi siswa ataupun
tugas-tugas akademik penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini
unggul dan memberi keuntungan bagi membantu siswa memahami konsep-konsep sulit.
Para pengembang juga model ini juga telah menunjukkan bahwa model struktur
penghargaan kooperatif terbukti meningkat niali siswa pada belajar akademik dan
perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
b)
Penerimaan
Terhadap Perbedaan Individu
Tujuan lain model pembelajaran
kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orangh-orang yang berbeda
berdasarkan ras,budaya,kelas sosial, serta kemampuan atau ketidakmampuan.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada semua latar belakang dari
kondisi untuk bekerja dari bergantung pada tugas-tugas akademik dan struktur
penghargaan kooperatif saling belajar menghargai antara satu dengan yang lain.
c)
Pengembangan
Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga kooperatif
adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kalaborasi.
Ketrampilan sosial penting dimiliki oleh siswa, sebab saat ini banyak anak muda
kekurangan dalam keterampilan sosial.
F. Sintaks Cooperative Learning
Menurut
Rusman (2012:212-213) prosedur atau
sintaks metode cooperative learning
meliputi empat (4) tahap yaitu (1) penjelasn materi, (2) belajar kelompok, (3)
penilaian, dan (4) pengakuan tim. Secara jelas tahapan tersebut dapat
diuraikaan sebagai berikut.
a.
Penjelasan
Materi
Pada tahapanpenjelasan materi,
hal yang dilakukan dalam proses pembelajaran adalah tahapan penyampaian pokok –
pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dan berineraksi dalam kelompok.
Tahapan ini memiliki tujuan agar peserta didik memiliki pelajaran akan dibahas.
b.
Belajar
kelompok
Tahapan belajar kelompok
merupakan kelanutan dari tahapan penjelasan materi. Tahapan belajar kelompok
dilakukan setelah pendidik memberikan penjelasan materi kepada peserte didik
dan membentuk peserta didik menjadi beberapa kelompok untuk bekerjasama
membahas materi yang telah ditentukan. Belajar kelompok sangat menuntut adanya
aktivitas siswa secara optimal agar masing masing anggota kelompok dapat
beradaptasi dan berinteraksi dalamproses
belajar di setiap kelompoknya.
c.
Penilaian
Tahapan penilaian merupakan
tahapan yang dilakukan pada proses pembelajaran dengan melalui tes maupun
penilaian non tes. Tahapan ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar yang
dicapai oleh siswa. Penilaian dilakukan dengan cara melakukan penilaian
berdasarkan kemampuan kelompoknya. Setiap informasi yang didapatkan dari hasil
penilaian dijadikan sumber autentik dan dipadukan untuk memberikan keputusan
akhir terhadap hasil belajar yang dicapai oleh setiap peserta didik.
d.
Pengakuan
Tim
Tahapan pengakuan tim adalah
tahapan dimana pendidik menetapkan tim (kelompok) yang paling menonjol atau
berprestasi dalam proses pembelajaran. Kepada Tim (kelompok tersebut diberikan
penghargaan atau hadiah, atau pengakuan yang diharapkan akan memotivasi
kelompok lain untuk terus meningkatkan prestasinya dalam kegiatan
pembelajaran.
G. Metode-metode Pembelajaran
Cooperative Learning
1.
Jigsaw
Pembelajaran dengan
metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Giri
menuliskan topik yang akan dipelajari, menayangkan power point dan sebagainya.
Kemudian guru akan menanyakan kepada anak murid apakah mereka sudah mengetahui
topik tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk mengaktifkan struktur kognitif peserta
didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
Kemudian guru akan
membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Jumlah kelompok bergantung pada jumlah
konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari.Setelah kelompok asal
sudah terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap
kelompok.Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari
materi tekstual yang diterimanya dari guru.
Sesi berikutnya yaitu
membentuk kelompok ahli.Jumlah kelompok ahli tetap 4, setiap kelompok
ahli mempunyai 10 anggota yang berasal dari masing-masing kelompok asal.Karena
jumlah anggota setiap anggota kelompok asal adalah 10 orang maka aturlah
sedemikian rupa terpenting adalah di setiap kelompok ahli ada anggota dari
kelompok asal yang berbeda-beda tersebut.
Setelah terbentuk
kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka berdiskusi.Melalui diskusi
dikelompok ahli diharapkan mereka memahami topik metode penelitian sejarah
sebagai pengetahuan yang utuh yaitu merupakan pengetahuan struktur yang mengintegrasikan
hubungan antar-konsep.
Sebelum pembelajaran
diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan.Selanjutnya, guru
menutup pembelajaran dengan memberikan reviem terhadap topik yang telah
dipelajari.
2.
Think-Pair-Share
Seperti namanya “Thinking”,
pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait
dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan
kepada mereka memikirkan jawabannya.
Selanjutnya “Pairing”,
pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan.Beri kesempatan
kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi.Diharapkan diskusi ini dapat
memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif
dengan pasangannya.
Hasil diskusi
intersubjektif ditiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan
seluruh kelas.Tahap ini dikenal dengan “Sharing”.Dalam kegiatan ini diharapkan
terjadi Tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara
integrative.Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang
dipelajarinya.
3.
Numbered Heads Together
Pembelajaran dengan
menggunakan metode Numbered Heads Togheter diawali dengan Numbering. Guru
membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya
mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam
satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan
jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri 8 orang. Tiap-tiap
orang dalam Tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8.
Setelah kelompok
terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap
kelompok.Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban.Pada
kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Togheter”
berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya
adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari
tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan
yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta
didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran
memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru
dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan
jawaba pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.
4.
Group Investigation
Pembelajaran dengan
metode ini dimulai dengan pembagian kelompok.Selanjutnya guru beserta didik
memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan
dari topik-topik itu.Sesudah topik beserta permasalahannya disepakati, peserta
didik beserta guru menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk
memecahkan masalah.
Setiap kelompok bekerja
berdasarkan metode investigation yang telah dirumuskan.Aktivitas tersebut
merupakan kegiatan sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis
data, sintesis, hingga menarik kesimpulan.
Langkah berikutnya
adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok.Pada tahap ini diharapkan
terjadi intersubjektif dan objektivikasi pengetahuan yang telah dibangun oleh
suatu kelompok.Berbagi perspektif diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh
kelas atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok.Evaluasi dapat
memasukkan assesmen individual atau kelompok.
5.
Two Stay Two Stay
Metode two stay two
stay atau metode dua tinggal dua tamu. Pembelajaran dengan metode itu
diawali dengan pembagian kelompok.Setelah kelompok terbentuk guru memberikan
tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mareka diskusikan jawabannya.
Setelah diskusi
intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan
kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang
tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari
suatu kelompok.Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada
tamu tersebut.Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada
semua kelompok, jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke
kelompok nya masing-masing.
Setelah kembali ke
kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang
bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka
tunaikan.
6.
Make a Match
Hal-hal yang perlu
dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah
kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi
pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Langkah berikutnya
adalah guru membagikan komunitas kelas menjadi 3 kelompok.Kelompok pertama
merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan.Kelompok
kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban.Kelompok
ketiga adalah kelompok penilai.Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk
huruf U. upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.
Jika masing-masing
kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan
peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling
bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-pertanyaan yang
cocok.Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi.Ketika mereka diskusi
alangkah baiknya jika ada music instrumentalia yang lembut mengiringi aktivitas
belajar mereka.Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota
kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.
Pasangan-pasangan yang
sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban mereka kepada kelompok
penilai.Kelompok ini kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban tu
cocok. Setelah penilaian dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama
dan kelompok kedua bersatu kemudian memosisikan dirinya menjadi kelompok
penilai.Sementara, kelompok penilai pada sesi pertama tersebut di atas dipecah
menjadi dua, sebagian anggota memegang kartu pertanyaan dan sebagian lagi
memegang kartu jawaban.Posisikan mereka dalam bentuk huruf U. kemudia guru
kembali membunyikan peluit sebagai tanda kelompok pemegang kartu pertanyaan dan
jawaban bergerak untuk mencari, mencocokkan dan mendiskusikan
jawaba-jawaba.Berikutnya adalah masing-masing pasangan pertanyaan-jawaban
menunjukkan hasil kerjanya kepada nilai.
Perlu diketahui bahwa
tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan,
pemegang jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakh
betul kartu pertanyaan-jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok.Demikian
halnya bagi peserta didik kelompok penilai.Mereka juga belum mengetahui pasti
apakah penilai mereka benar atas pertanyaan-jawaban tersebut.Dalam hal ini guru
memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik
mengkonfirmasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan
pertanyaan-jawaban dan melaksanakan penilaian.
7.
Listening Team
Pembelajaran dengan
metode listening team diawali dengan pemaparan materi oleh
guru.Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok.Setiap kelompok
mempunyai tugas nya masing-masing.Misalnya dalam satu kelas ada 40 orang
kemudian dibagi menjadi 4 kelompok.Kelompok pertama berperan sebagai
kelompok penanya.Kemudian kelompok kedua dan ketiga sebagai
kelompok penjawab.Namun, kelompok kedua dan ketiga tersebut harus mengemukakan
jawaban dengan persepektif yang berbeda. Perbedaan ini diharapkan akan
memunculkan diskusi yang aktif dan berpikir dengan aktif sehingga mereka dapat
menemukan pengetahuan yang struktural. Kemudian kelompok keempatadalah
kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi
mereka.
Pembelajaran di akhiri
dengan penyampaian berbagai kata kunci maupun konsep yang telah dikembangkan
oleh peserta didik dalam diskusi tersebut.
8.
Inside-Outside Cirlce
Pembelajaran dengan
metode inside-outside circle di awali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas
terdiri dari 40 orang maka dibagi menjadi 2 kelompok lingkaran dalam dengan
jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang.
Kemudian anggota
kelompok lingkaran dalam berdiri melingkar menghadap keluar dan anggota
kelompok lingkaran luar menghadap ke dalam.Dengan demikian anggota kelompok
lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan berhadap-hadapan.Berikan tugas
pada tiap-tiap pasangan yang berhadap-hadapan itu.Kelompok ini disebut kelompok
pasangan asal.Sebaiknya, tugas yang diberikan pasangan asal itu sesuai dengan
indicator pembelajaran.Karena berarti dalam kegiatan ini ada 10 pasangan maka
ada 10 indikator pembelajaran.Selanjutnya berikan waktu kepada tiap pasangan
untuk berdiskusi.
Setelah mereka
berdiskusi, mintalah kepada anggota kelompok lingkaran dalam bergerak
berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran luar. Setiap pergerakan itu
akan terbentuk pasangan-paangan baru. Pasangan-pasangan ini waib memberikan
informasi berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, demikian seterusnya.Pergerakan
baru dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam da luar sebagai pasangan
asal bertemu kembali.
Hasil diskusi di
tiap-tiap kelompok besar tersebut di atas, kemudian dipaparkan sehingga
terjadilah diskusi antar-kelompok besar.Diskusi ini diharapkan menghasilkan
pengetahuan bermakna bagi seluruh peserta didik.Pengetahuan ini merupakan
pengetahuan yang lebih komprehensif.
Dipenghujung pertemuan,
untuk mengakhiri pelajaran dengan metode inside-outside circle guru dapat
memberi ulasan maupun mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan.Perumusan
kesimpulan dapat juga dibuat sebagai konstruksi terhadap pengetahuan yang
diperoleh dari diskusi.
9.
Bamboo Dancing
Pembelajaran dengan
metode bamboo dancing serupa dengan metode inside out circle.Pembelajaran
diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut
dipapan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang diketahui peserta
didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk
mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih
siap menghadapi pelajaran yang baru.
Selanjutnya, guru
membagi kelas menjadi 2 kelompok besar.Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka
tiap kelompok besar terdiri 20 orang.Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap
kelompok besar yaitu sepuluh orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10
orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar.Dengan demikian di dalam
tiap-tiap kelompok besar mereka saling berpasang-pasangan.Pasangan ini disebut
sebagai pasangan awal.Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan
atau dibahas.Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup kepada mereka agar
mendiskusikan tugas yang diterimanya.
Usai diskusi, 20 orang
dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling berhadapan itu
bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap peserta didik akan
mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran
searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta didik kembali ke pasangan
asal.
Hasil diskusi di
tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru
memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab dan
sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh melalui
diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi
pengetahuan bersama seluruh kelas.
10.
Point-Counter-Point
Metode pembelajaran point-counter-point
dipergunakan untuk mendorong peserta didik berpikir dalam berbagai
perspektif.Jika metode pembelajaran ini dikembangakn, maka yang harus
diperhatikan adalah materi pembelajaran.Didalam bahan pelajaran harus terdapat
isu-isu kontrovensi.
Langkah pertama metode
pembelajaran point-counter-point adalah membagi peserta didik ke dalam
kelompok-kelompok.Aturlah posisi mereka sedemikian rupa sehingga mereka
berhadap-hadapan.Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok merumuskan
argumentasi-argumentasi sesuai dengan perspektif yang di kembangkannya.
Usai tiap-tiap kelompok
berdiskusi secara internal, maka mulailah mereka berdebat. Setelah seorang
peserta didik dari suatu kelompok menyampaikan argumentasi sesuai pandangan
yang dikembangkan kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari
kelompok lain perihal isu yang sama. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang
memungkinkan.
Dipenghujung waktu
pelajaran buatlah evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai
titik temu dari argumentasi-argumentasi yang telah mereka munculkan.
11.
The power of Two
Seperti metode
pembelajaran kooperatif lainnya, praktik pembelajaran dengan metode the
power of two di awali dengan mengajukan pertanyaan.Diharapkan pertanyan
yang dikembangkan adalah pertanyaan yang membutuhkan pemikiran kritis.
Mintalah kepada peserta
didik secara perorangan untuk menjawab pertanyaan yang diterimanya.Setelah
semua menyelesaikan jawabannya, mintalah kepada peserta didik mencari pasangan.
Individu-individu yang
berpasangan diwajibkan saling menjelaskan jawaban masing-masing, kemudian
menyusun jawaban baru yang disepakati bersama.Setelah masing-masing pasangan
menulis jawaban mereka, mintalah mereka membandingkan jawaban tersebut dengan
pasangan lain, demikian seterusnya.Berikan waktu yang cukup agar peserta didik
dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih integratif.
Di akhir pelajaran
buatlah rumusan-rumusan rangkuman sebagai jawaban atas pertanyaan yang telah
diajukan.Rumusan tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan
yang telah dikembangkan selama diskusi.
12.
Listening Team
Langkah-langkah metode
tim pendengar :
a.
Bagilah peserta didik menjadi 4 tim dan berilah tim-tim ini dengan
tugas-tugas sebagai berikut :
·
Penanya : merumuskan pertanyaan
·
Pendukung : menjawab pertanyaan yang didasarkan pada poin-poin yang
disepakati (membantu dan menjelaskannya, mengapa demikian )
·
Penantang : mengutarakan poin-poin yang tidak disetujui atau tidak
bermanfaat dan menjelaskan mengapa demikian
·
Penarik kesimpulan : menyimpulkan hasil diskusi tersebut
b.
Penyaji memaparkan laporan hasil penelitiannya, setelah selesai beri waktu
kepada tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya
masing-masing.
H.
Metode-metode Pendukung Pengembangan
Cooperative Learning
Banyak dijumpai di kelas
pembelajaran kooperatif tidak berjalan efektif, meskipun guru telah menerapkan
prinsip-prinsip kooperatif. Diskusi sebagai salah satu mekanisme membangun
kooperatif tidak berjalan efektif karena banyak hal. Diskusi banyak didominasi
oleh salah seorang peserta didik yang mempunyai skemata tentang apa yang akan
dipelajari. Fenomena ini menunjukan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif
membutuhkan persiapan matang. Pertama, peserta didik harus sudah memiliki
skemata atau pengetahuan awal tentang topik atau materi yang akan dipelajari.
Kedua, peserta didik sudah harus mempunyai keterampilan bertanya. Keterampilan
ini penting sebab pembelajaran kooperatif tidak akan efektif jika peserta didik
tidak mempunyai kompetensi bertanya jawab. Tanya jawab merupakan proses
transaksi gagasan atau ide intersubjektif dalam rangka membangun pengetahuan.
Pembelajaran kooperatif membutuhkan dukungan pengalaman peserta didik baik
berupa pengetahuan awal maupun kemampuan bertanya jawab.
1.
PQ4R
Pengalaman awal bisa dibangun
melalui aktivitas membaca. Dengan kegiatan ini peserta didik akan memiliki
stock of knowledge. Salah satu metode yang dapat dikembangkan agar membaca
efektif adalah PQ4R.
Seperti namanya PO4R, kegiatan
ini diawalai dengan ‘P’ yang bearti preview.
Fokus preview adalah peserta didik
menemukan ide-ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan. Pelacakan ide
pokok dilakukan dengan membiasakan peserta didik membaca selintas dan cepat
bahan bacaan. Bagian-bagian yang bisa dibaca misal bab pengantar, daftar isi,
topik maupun sub-topik, judul dan sub judul, atau ringkasan pada akhir suatu
bab. Penelusuran ide pokok dapat juga dilakukan dengan membaca satu atau dua
kalimat setiap halaman dengan cepat. Singkatnya melalui previewpeserta didik telah mempunyai gambaran mengenai hal yang
dipelajarinya.
Langkah berikutnya adalah ‘Q’
yang bearti Question atau bertanya.
Peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk dirinya sendiri.
Pertanyaan dapat dikembangkan dari yang sederhana menuju pertanyaan yang
kompleks. Pertanyaan itu meliputi apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan
bagaimana atau 5W 1H (what, who, where,
when, why, and how). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikembangkan ke arah
pembentukan pengetahuan deklaratif, strukrural, dan pengetahuan prosedural.
Setelah pertanyaan-pertanyaan
dirumuskan, selanjutnya peserta didik membaca ‘R’ yang bearti read secara detail dari bahan bacaan
yang dipelajarinya. Pada tahap ini peserta didik diarahkan mencari jawaban
terhadap semua pertanyaan yang telah dirumuskannya.
Selama membaca peserta didik
harus melakukan refleksi atau ‘R’ bearti reflect.
Selama membaca mereka tidak cukup hanya mengingat atau menghafal, namun
terpenting adalah mereka berdialog dengan apa yang dibacanya. Mereka mencoba
memahami apa yang dibacanya. Caranya, (1) menghubungkan apa yang sudah
dibacanya dengan hal-hal yang telah diketahui sebelumnya, (2) mengaitkan
sub-subtopik di dalam teks dengan konsep-konsep, (3) mengaitkan hal yang
dibacanya dengan kenyataan yang dihadapinya.
‘R’ yang bearti recite adalah langkah berikutnya. Pada
tahap ini peserta didik diminta merenungkan kembali informasi yang telah
dipelajari. Terpenting dalam membawakan kembali apa yang telah dibaca dan
dipahami oleh peserta didik adalah mereka mampu merumuskan konsep-konsep
tersebut, mengartikulasikan pokok-pokok penting yang telah dibacanya dengan
redaksinya sendiri, akan lebih baik jika peserta didik tidak hanya menyampaikan
secara lisan, namun juga dalam bentuk tulisan.
Langkah terakhir adalah peserta
didik diminta membuat rangkungman atau merumuskan inti sari dari bahan yang
telah dibacanya. Terpenting pada tahap ini peserta didik mampu merumuskan
kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Langkah
tersebut dinamakam ‘R’ yang beari review.
2.
Guided
Note Taking
Medote
pembelajaran ini yang dapat dikembangkan untuk membangun stock of knowladge peserta didik adalah metode
catatan terbimbing. Metode catatan terbimbing dikembangkan agar metode ceramah
yang dibawakan guru mendapatkan perhatian siswa.
Pembelajaran
diawali dengan memberikan bahan ajar misalnya berupa handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode ceramah
kepada peserta didik. Mengosongi sebagian poin-poin yang penting sehingga
terdapat bagian-bagian yang kosong dalam handout
tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengosongkan istilah atau
definisi dan menghilangkan beberapa kata kunci.
Menjelaskan
kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dibuat agar meraka tetap berkonsentrasi
mengikuti pembelajaran. Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta
mengisi bagian-bagian yang kosong tersebut. Setelah penyampaian materi dengan
ceramah selesai, mintalah kepada peserta didik membacakan handoutnya.
3.
Snowball
Drilling
Metode
ini dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari
membaca bahan-bahan bacaan. Dalam penerapan metode ini, peran guru adalah
mempersiapkan paket soal-soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju
berupa soal latihan, dengan cara menunjuk/mengundi untuk mendapatkan seorang
peserta didik yang akan menjawab soal nomor 1. Jika peserta didik yang mendapat
giliran pertama menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar, maka
peserta didik itu diberi kesempatan menunjuk salah satu temannya menjawab nomor
berikutnya yaitu soal nomor 2. Seandainya, peserta didik yang pertama mendapat
kesempatan menjawab soal nomor 1 gagal, maka peserta didik itu diharuskan
menjawab soal berikutnya dan seterusnya hingga peserta didik tersebut berhasil
menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu.
Jika
pada gelindingan (putaran) pertama bola salju masih terdapat item-item soal
yang belum terjawab, maka soal-soal itu dijawab oleh peserta didik yang
mendapat giliran. Mekanisme giliran menjawab sama seperti yang telah diuraikan
tersebut di atas. Di akhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang
telah dipelajari peserta didik.
4.
Concept
Mapping
Cara
lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap
bahan-bahan yang telah dibacanya adalah metode pembelajaran peta konsep.
Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah potongan kartu-kartu yang bertuliskan
konsep-konsep utama.
Selanjutnya
guru membagikan potongan-potongan kartu yang telah bertuliskan konsep utama
kepada para peserta didik. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mencoba beberapa kali membuat suatu peta yang menggambarkan hubungan
antar-konsep. Pastikan peserta didik membuat garis penghubung antar
konsep-konsep tersebut. Disetiap garis penghubung diharapkan peserta didik
menulis kata atau kalimat yang menjelaskan hubungan antar konsep.
Kalimat-kalimat itu menujukkan asumsi yang dibangun peserta didik dalam
menjelaskan hubungan antar konsep.
Kumpulkan
hasil pekerjaan peserta didik. Sebagai bahan perbandingan tampilan satu peta
konsep yang anda buat. Hasil pekerjaan peserta didik yang telah dikumpulkan
bahaslah satu persatu. Ajaklah seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau
evaluasi terhadap peta-peta konsep yang dipresentasikan. Di akhir pembelajaran
ajaklah seluruh kelas merumuskan beberapa kesimpulan terhadap materi yang
dipelajari melalui peta konsep tersebut.
5.
Giving
Question and Getting Answer
Metode
ini dikembangkan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan
keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan. Langkah pertama metode tersebut
adalah membagikan dua potongan kertas kepada peserta didik. Selanjutnya, mintalah
kepada peserta didik menuliskan di kartu itu (1) menjawab kartu, (2) kartu
bertanya.
Mulai
pembelajaran dengan pertanyaan. Pertanyaan bisa berasal dari peserta didik
maupun guru. Jika pertanyaan berasal dari peserta didik, maka peserta didik ini
diminta menyerahkan kartu yang bertuliskan “kartu bertanya”.
Setelah
pertanyaan diajukan, mintalah kepada peserta didik memberi jawaban. Setiap
peserta didik yang hendak menjawab diwajibkan menyerahkan kartu yang
bertuliskan “kartu menjawab”. Perlu diingat, setiap peserta didik yang hendak
menjawab maupun bertanya harus menyerahkan kartu-kartu kepada guru.
Jika
sampai akhir sesi ada peserta didik yang masih memiliki 2 potongan kertas yaitu
kertas bertanya dan kertas menjawab atau salah satu potongan kertas tersebut,
maka mereka diminta membuat resume atas
proses tanya jawab yang sudah nerlangsung. Tentu keputusan ini harus disepakati
di awal.
6.
Question
Student Have
Metode
ini dikembangkan untuk melatih peserta didik agar memiliki kemampuan dan
keterampilan bertanya. Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan membagi
kelas menjadi 4 kelompok. Jumlah kelompok sebaiknya disesuaikan dengan jumlah
peserta didik.
Selanjutnya,
bagikan kartu kosong kepada setiap peserta didik dalam setiap kelompok.
Mintalah peserta didik menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang
hal-hal yang sedang dipelajari. Dalam setiap kelompok, putarlah kartu tersebut
searah keliling jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada anggota kelompok,
anggota tersebut harus membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertanyaan
tersebut dianggap penting. Perputaran berhenti sampai kartu tersebut kembali
pada pemilikinya masing-masing.
Setiap
pemilik kartu dalam kelompok harus memeriksa pertanyaan-pertanyaan mana yang
mendapat suara terbanyak. Setelah itu jumlah perolehan suara atas pertanyaan
itu dibandingkan dengan perolehan anggota lain dalam satu kelompok. Pertanyaan
yang mendapat suara terbanyak kini menjadi milik kelompok.
Setiap
kelompok melaporkan secara tertulis pertanyaan yang telah menjadi milik
kelompok (mewakili kelompok). Guru melakukan pemeriksaan terhadap pertanyaan
dari tiap-tiap kelompok, mungkin ada pertanyaan yang substansinya sama.
Pertanyaan-pertanyaan yang sudah diseleksi oleh guru dikembalikan kepada
peserta didik untuk menjawab secara mandiri maupun kelompok. Jawaban lisan
maupun tulisan.
7.
Talking
Stick
Pembelajaran
dengan metode ini mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat.
Pembelajaran dengan metode ini diawali oleh penjelasan guru mengenai materi
pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan
mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.
Guru
selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil
tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada
salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut
diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stickbergulir dari peserta didik ke
peserta didik lainnya, seyogiannya diiringi musik.
Langkah
akhir metode ini adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik
melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan
ulasan terhadap seluruh jawaban peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta
didik merumuskan kesimpulan.
8.
Everyone
is Teacher Here
Metode
ini merupakan cara cepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan
maupun individual. Metode ini memberi kesempatan kepada setiap siswa untuk berperan sebagai guru bagi kawan-kawannya.
Langkah-langkah
pembelajarannya sebagai berikut: bagikan secarik kertas/kartu indeks kepada
seluruh peserta didik. Setiap peserta didik diminta menuliskan satu pertanyaan
mengenai materi pembelajaran yang sedang dipelajari di kelas (misalnya tugas
membaca) atau sebuah topik khusus yang akan didiskusikan di dalam kelas.
Kumpulan
kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap peserta didik.
Pastikan bahwa tidak ada peserta didik yang menerima soal yang ditulis sendiri.
Mintalah kepada peserta didik untuk membaca dalam hati pertanyaan pada kertas
tersebut kemudian mintalah kepada mereka memikirkan jawabannya.
Mintalah
kepada peserta didik secara sukarela membacakan pertanyaan tersebut dan
menjawabnya. Setelah jawaban diberikan, mintalah kepada peserta didik lainnya
untuk menambahkan. Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya.
9.
Tebak
Pelajaran
Metode
ini dikembangkan untuk menarik perhatian siswa selama mengikuti pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
a. Tulislah atau tanyangkan melalui
LCD subject matter dari materi
pelajaran yang akan di sampaikan.
b. Mintalah kepada siswa untuk
menuliskan kata-kata kunci apa saja yang diprediksikan muncul dari materi
pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
c. Sampaikan materi pembelajaran
secara interaktif.
d. Selama proses pembelajaran siswa
diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan materi yang
disampaikan oleh guru.
e.
Di
akhir pembelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.
I. Keterampilan Cooperative Learning
Dalam
pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi , tetapi juga peserta
didik juga memepelajari keterampilan khusus yang disebut kemampuan kooperatif,
yaitu sebagai berikut,
a.
Keterampilan
Koopeatif Tingkat Awal
Keterampilan kooperatif tingkat
awal, antara lain sebagai berikut.
1)
Menggunakan
kesepakatan, yaitu menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan
kerja dalam kelompok
2)
Menghargai
Kontribusi yaitu, memperhatikan atay mengenal yang dapat dikatakan atau
dikerjakan anggota lain.
3)
Mengambil
giliran dan berbagi tugas, yaitu setiap anggota kelompok bersedia menggantikan
dan bersedia mengembankan tanggung jawab tertentu dalam kelompok
4)
Berada
dalam kelompok, yaitu setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan
berlangsung
5)
Berada
dalam tugas, yaitu meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawab agar kegiatan
dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan
6)
Mendorong
partisipasi, yaitu mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi
terhadap tugs kelompok
7)
Mengundang
orang lain, yaitu meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi
terhadap tugas
8)
Menyelesaikan
tugas tepat waktu
9)
Menghormati
perbedaan individu, yaitu menghormati budaya, ras, suku atau pengalaman dari
setiap semua siswa atau peserta didik
b.
Keterampilan
Tingkat Menengah
Keterampilan Tingkat Menengah
meliputi upaya-upaya menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan
ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya
dengan ringkasan, menafsirkan, mengorganisasikan, dan mengurangi ketegangan,
c.
Keterampilan
Tingkat Mahir
Keterampilan Tingkat Mahir
meliputi mengelaborasikan, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran,
menetapkan tujuan, dan berkompromi.
Bab III
PENUTUP
3.1
Simpulan
Pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok
termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana
guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan
dan informasinyang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah
yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.
3.2 Saran
1)
sebelum
proses pembelajaran dilakikan seorang guru harap merencanakan proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2)
Guru
diharapkan dalam penyampaian materi serta penyampaian KKM tidak hanya berfokus
pada metode ceramah saja.
3)
Guru
bisa melakukan analisis tentang bentuk-bentuk tingkah laku yang diinginkan
muncul pada diri siswa yang menjadi tujuan berdasarkan atas kurikulum yang
digunakan.
4)
Guru
diharapkan mengenali berbagai sumber belajar yang dapat digunakan.
5)
Guru
harus berupaya menciptakan suatu situasi belajar yang memungkinkan siswa
belajar secara aktif.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid,
Hamdani. 2013. Pengembangan Sistem
Pendidikan di Indonesia . Bandung : CV. Pustaka Setia.
Suprijono,
Agus. 2013. Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi
PAIKEM . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hakim,
Lukmanul. 2008. Perencanaan Pembelajaran . Bandung : CV.
Wacana Prima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar