Selasa, 03 Januari 2017

Cooverative Learning

BAB II
KAJIAN MATERI

A.    Definisi Cooverative Learning ( Pembelajaran Kooperative )
     Pembelajaran kooperative merupakan pembaruan dalam pergerakan reformasi pendidikan. Asas dari pembelajaran kooperative adalah mengaktifkan peserta didik untuk belajar bersama-sama agar tercipta pembelajaran bermakna (meaningful learning). Pembentukkan kelompok-kelompok didasarkan pada kumpulan peserta didik yang heterogen.
     Menurut Isjoni (2012:15) cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya satu kelompok atau satu tim. Pembelajaran kooperative menurut Johnson, dkk. (2012:4) merupakan proses belajar mengajar yang melibatkan penggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk bekerja secara bersama-sama di dalamnya dengan tujuan untuk memaksimalkan pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lainnya.
     Dari pengertian tersebut terdapat 3 kata kunci (key world) penting yang dapat diuraikan secara lebih jelas. Pertama, pembelajaran kooperative adalahpembelajaran yang dilakukan dengan membuat kelompok-kelompok. Kedua , pelajaran kooperative menitikberatkan pada terciptanya kerja sama antar siswa dalam rangka optimalisasi ketercapaian tujuan pembelajaran. Ketiga , pembelajaran kooperative adalah pembelajaran yang memfokuskan pada kompetensi peserta didik sebagai individu maupun kompetensi peserta didik dalam melakukan proses adaptasi dan interaksi dengan lingkungan dikelompoknya.
     Terdapat landasan teoritik penting yang mendasari cooperative learning. Landasan teoritik tersebut adalah Social-Interdependence theory (teori saling ketergantungan sosial), dan Cognitive developmental theory(teori perkembangan kognitif). Kedua dasar teori yang menjadi landasan cooperative learning memiliki konsep yang berbeda-beda namun saling memiliki hubungan yang kuat dalam membangun suatu paradigma baru terkait dengan proses pembelajaran.
     Social-Interdependence theory (teori saling ketergantungan sosial)  beranggapan bahwa setiap organisme memiliki ketergantungan antar satu organisme dengan oganisme lainnya. Artinya bahwa perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial yang ada disekitarnya. Social-Interdependence theoryberpandangan bahwa interdependensi sosial sangat menentukan bagaimana terjadinya interaksi sosial,  interdependensi positif (kerja sama) akan menghasilkan interaksi yang mampu meningkatkan kelompok tersebut. Adapun interpendensi negatif (persaingan) biasanya akan menghasilkan interaksi yang sifatnya posisional (menentang) (Johnson et al., 2012:23).
     Adapun Cognitive developmental theory(teori perkembangan kognitif) memiliki pandangan bahwa perkembangan pengetahuan seseorang sangat dipengaruhi oleh perkembangan fisik maupun mental seseorang. Artinya bahwa seorang individu akan mengalami perkembangan kognitif mereka seiring dengan pertumbuhan fisik dan mental mereka. Individu yang berinteraksi dengan orang lain akan menyebabkan munculnya konflik sosio-kognitif yang pada akhirnya akan menciptakan ketidakseimbangan kognitif, sehingga pada saatnya akan merangsang atau memicu kemampuan seseorang dalam pengambilan perspektif dan perkembangan kognitif mereka. Adanya perbedaan pandangan kognitif antar-individu dalam interksi sosial maka akan menyebabkan terjadinya konseptualisasi dalam kognisi individu yang bersangkutan (Johnson et al., 2012:24).


B.     Prinsip Dasar Cooperative Learning
     Lima prinsip dasar dalam pembelajaran cooperative learning yang menurut Johnson dkk (2012:8) meliputi  (1) Interdepedensi Positif (Positive Independence), (2) Interaksi yang Mendorong Promotive Interaction), (3) Tanggung Jawab Individual (Individual Accountability), (4) Keterampilan Interpersonal dan Kelompok Kecil (Interpersonal and Small Group Skills), dan (5) Pemrosesan Kelompok (Group Processing).
1)      Interdepedensi Positif (Positive Interdependence) atau ketergantungan positif merupakan hal yang  menjadi tuntutan dalam pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil yang maksimal. Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab masing-masing sesuai dengan pembagian tugas yang telah dilakukan. Keberhasilan suatu kelompok tentunya sangat dipengaruhi oleh kinerja masing-masing anggota. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok memiliki ketergantungan yang saling terkait dan saling mendukung untuk tercapainya suatu hasil pembelajaran secara maksimal.
2)      Interaksi yang Mendorong (Promotive Interaction) merupakan prinsip dasar pembelajaran cooperative. Artinya bahwa dalam pembelajaran yang dilaksanakan,peranan masing-masing peserta didik dalam memberikan motivasi dan tindakan yang mendukung proses pembelajaran menjadi sangat penting. Peserta didik diharapkan melakukan interaksi secara optimal dan saling memberikan informasi dalam proses diskusi yang dilaksanakan. Interaksi yang tercipta secara baik dan dengan dorongan kuat untuk saling bekerjasama tentu akan menjadikan pembelajaran lebih bermakna. Hal  penting yang perlu ditekankan bahwa dalam proses pembelajaran peserta didik diharapkan memberikan kontribusi secara positif terhadap pencapian-pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
3)      Tanggung Jawab Individual (Individual Accountability) menjadi penekanan yang tidak dapat diabaikan dalam pembelajaran kooperatif. Tanggung jawab setiap individu atau peserta didik menjadi komponen yang esensial. Tujuan dari pembelajaran kelompok salah satunya adalah untuk membentuk pribadi kuat yang dimiliki dalam diri masing-masing anggota kelompok. Pribadi kuat dapat diartikan bahwa masing-masing individu (anggota kelompok) memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepada diri mereka,agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal. Tanggung jawab yang ada dalam setiap anggota kelompok tidak menjadikan individu menjadi egosi dan bekerja secara individual. Akan tetapi sebaliknya dengan adanya tanggung jawab tersebut diharapkan masing-masing anggota kelompok mampu memberikan bantuan dan dukungan kepada anggota lain yang membutuhkannya.
4)      Keterampilan Interpersonal dan Kelompok Kecil (Interpersonal and Small Group Skills) merupakan komponen esensial yang ada dalam cooperative learning. Maksudnya bahwa dalam pembelajaran kooperatif dibutuhkan keterampilan-keterampilan individu untuk mendukung kelompoknya dalam mencapai target yang telah ditentukan dalam kelompok tersebut. Langkah tersebut akan dapat tercapai jika setiap individu memiliki keterampilan berkeja sama yang baik dalam suatu kelompok. Tanpa adanya keterampilan bekerjasama dalam kelompok (team work) maka keterampilan yang dimiliki individu tidak akan berdampak secara optimal terhadap keberhasilan kelompok mereka.
5)      Komponen penting dalam cooperativ learning adalah Pemrosesan Kelompok (Group Processing). Pemrosesan kelompok merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk melakukan proses evaluasi terhadap proses pembelajaran dalam masing-masing kelompok. Keberhasilan maupun kegagalan sebuah kelompok tentu saja sangat dipengaruhi oleh kinerja masing-masing anggotanya. Oleh karena itu,untuk meningkatkan kinerja kelompok tentu dibutuhkan pemrosesan kelompok untuk mengetahui hambatan-hambatan maupun potensi-potensi yang ada dalam kerjasama kelompok tersebut. Dari pemrosesan kelompok inilah nantinya akan didapatkan suatu keputusan yang tepat dalam rangka meningkatkan kinerja kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan secara maksimal.


C.    Ciri-ciri Cooperative Learning
Menurut Jihad dan Haris (2009:11) metode kooperative memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.       Siswa belajar dalam kelompok secara kooperative.
b.      Kelompok tersusun secara heterogen, baik dari kemampuan siswa, ras, suku, budaya, etnis, maupun jenis kelamin.
c.       Penghargaan lebih dititikberatkan pada kerja kelompok daripada perorangan.
Adapun menurut Isjoni (2012:20) terdapat 5 ciri-ciri dalam metode cooperative learning, yaitu :
1.      Adanya peran yang dimiliki oleh setiap anggota didalam proses pembelajaran,
2.      Terciptanya interaksi secara langsung diantara siswa,
3.      Masing-masing anggota memiliki tanggung jawab atas proses belajarnya dan juga anggota lain didalam kelompoknya,
4.      Guru berperan sebagai fasilitator dalam rangka mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok,
5.      Peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dilakukan secara efektif dan efisien ketika melakukan interaksi dengan peserta didik.
           
D.    Aspek-aspek Cooperative Learning
·         Tujuan : Semua siswa ditempatkan dalam kelompok. Kelompok kecil (sering kali beragam) dan diminta untuk; (a) mempelajari materi tertentu dan (b) saling memastikan semua anggota mempelajari materi tersebut.
·         Level Kooperatif : kerja sama dapat diterapkan dalam semua level kelas (dengan cara memastikan bahwa semua siswa  ruangan kelas benar-benar mempelajari materi yang ditugaskan) dan level sekolah (dengan cara memastikan bahwa semua siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan secara akademik).
·         Pola Interaksi : Semua siswa saling mendorong kesuksesan antara satu sama lain. Siswa mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak penjelasan masing-masing, saling mendorong untuk bekerja keras dan saling memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan. Pola interaksi ini muncul di dalam dan di antara kelompok kooperatif.
·         Eveluasi : Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanan biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap individu siswa bisa pula di fokuskan pada setiap kelompok, semua siswa, ataupun sekolah.



E.     Tujuan Pembelajaran Cooperative Learning
     Menurut Slavin, tujuan pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetensi, yaitu keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Adapun tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi bahwa keberhasilan individu ditentukan oleh pengaruh keberhasilan kelompok.
     Model pembelajaran kooperaatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh ibrahim, yaitu sebagai berikut ;
a)      Hasil Belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga diperbaiki prestasi siswa ataupun tugas-tugas akademik penting lainnya. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dan memberi keuntungan bagi membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Para pengembang juga model ini juga telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif terbukti meningkat niali siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.
b)      Penerimaan Terhadap Perbedaan Individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orangh-orang yang berbeda berdasarkan ras,budaya,kelas sosial, serta kemampuan atau ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada semua latar belakang dari kondisi untuk bekerja dari bergantung pada tugas-tugas akademik dan struktur penghargaan kooperatif saling belajar menghargai antara satu dengan yang lain.
c)      Pengembangan Keterampilan Sosial
Tujuan penting ketiga kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kalaborasi. Ketrampilan sosial penting dimiliki oleh siswa, sebab saat ini banyak anak muda kekurangan dalam keterampilan sosial.

F.     Sintaks Cooperative Learning
Menurut Rusman  (2012:212-213) prosedur atau sintaks metode cooperative learning meliputi empat (4) tahap yaitu (1) penjelasn materi, (2) belajar kelompok, (3) penilaian, dan (4) pengakuan tim. Secara jelas tahapan tersebut dapat diuraikaan sebagai berikut.
a.       Penjelasan Materi
Pada tahapanpenjelasan materi, hal yang dilakukan dalam proses pembelajaran adalah tahapan penyampaian pokok – pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dan berineraksi dalam kelompok. Tahapan ini memiliki tujuan agar peserta didik memiliki pelajaran akan dibahas.
b.      Belajar kelompok
Tahapan belajar kelompok merupakan kelanutan dari tahapan penjelasan materi. Tahapan belajar kelompok dilakukan setelah pendidik memberikan penjelasan materi kepada peserte didik dan membentuk peserta didik menjadi beberapa kelompok untuk bekerjasama membahas materi yang telah ditentukan. Belajar kelompok sangat menuntut adanya aktivitas siswa secara optimal agar masing masing anggota kelompok dapat beradaptasi dan  berinteraksi dalamproses belajar di setiap kelompoknya.
c.       Penilaian
Tahapan penilaian merupakan tahapan yang dilakukan pada proses pembelajaran dengan melalui tes maupun penilaian non tes. Tahapan ini bertujuan untuk mengukur hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Penilaian dilakukan dengan cara melakukan penilaian berdasarkan kemampuan kelompoknya. Setiap informasi yang didapatkan dari hasil penilaian dijadikan sumber autentik dan dipadukan untuk memberikan keputusan akhir terhadap hasil belajar yang dicapai oleh setiap peserta didik.
d.      Pengakuan Tim
Tahapan pengakuan tim adalah tahapan dimana pendidik menetapkan tim (kelompok) yang paling menonjol atau berprestasi dalam proses pembelajaran. Kepada Tim (kelompok tersebut diberikan penghargaan atau hadiah, atau pengakuan yang diharapkan akan memotivasi kelompok lain untuk terus meningkatkan prestasinya dalam kegiatan pembelajaran.  


G.    Metode-metode Pembelajaran Cooperative Learning
1.      Jigsaw
Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Giri menuliskan topik yang akan dipelajari, menayangkan power point dan sebagainya. Kemudian guru akan menanyakan kepada anak murid apakah mereka sudah mengetahui topik tersebut. Kegiatan ini dilakukan untuk mengaktifkan struktur kognitif peserta didik agar lebih siap menghadapi kegiatan pelajaran yang baru.
Kemudian guru akan membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Jumlah kelompok bergantung pada jumlah konsep yang terdapat pada topik yang dipelajari.Setelah kelompok asal sudah terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok.Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru.
Sesi berikutnya yaitu membentuk kelompok ahli.Jumlah kelompok ahli tetap 4, setiap kelompok ahli mempunyai 10 anggota yang berasal dari masing-masing kelompok asal.Karena jumlah anggota setiap anggota kelompok asal adalah 10 orang maka aturlah sedemikian rupa terpenting adalah di setiap kelompok ahli ada anggota dari kelompok asal yang berbeda-beda tersebut.
Setelah terbentuk kelompok ahli, berikan kesempatan kepada mereka berdiskusi.Melalui diskusi dikelompok ahli diharapkan mereka memahami topik metode penelitian sejarah sebagai pengetahuan yang utuh yaitu merupakan pengetahuan struktur yang mengintegrasikan hubungan antar-konsep.
Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan.Selanjutnya, guru menutup pembelajaran dengan memberikan reviem terhadap topik yang telah dipelajari.

2.      Think-Pair-Share
Seperti namanya “Thinking”, pembelajaran ini diawali dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.
Selanjutnya “Pairing”, pada tahap ini guru meminta peserta didik berpasang-pasangan.Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi.Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya melalui intersubjektif dengan pasangannya.
Hasil diskusi intersubjektif ditiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas.Tahap ini dikenal dengan “Sharing”.Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi Tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integrative.Peserta didik dapat menemukan struktur dari pengetahuan yang dipelajarinya.
3.      Numbered Heads Together
Pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Togheter diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri 8 orang. Tiap-tiap orang dalam Tiap-tiap kelompok diberi nomor 1-8.
Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok.Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban.Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Togheter” berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.
Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Berdasarkan jawaban-jawaban itu guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaba pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

4.      Group Investigation
Pembelajaran dengan metode ini dimulai dengan pembagian kelompok.Selanjutnya guru beserta didik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik-topik itu.Sesudah topik beserta permasalahannya disepakati, peserta didik beserta guru menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah.
Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigation yang telah dirumuskan.Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga menarik kesimpulan.
Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok.Pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif dan objektivikasi pengetahuan yang telah dibangun oleh suatu kelompok.Berbagi perspektif diharapkan dapat dikembangkan oleh seluruh kelas atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu kelompok.Evaluasi dapat memasukkan assesmen individual atau kelompok.

5.      Two Stay Two Stay
Metode two stay two stay atau metode dua tinggal dua tamu. Pembelajaran dengan metode itu diawali dengan pembagian kelompok.Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mareka diskusikan jawabannya.
Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok.Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut.Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok, jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompok nya masing-masing.
Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.

6.      Make a Match
Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkan dengan make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Langkah berikutnya adalah guru membagikan komunitas kelas menjadi 3 kelompok.Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan.Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu berisi jawaban-jawaban.Kelompok ketiga adalah kelompok penilai.Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut berbentuk huruf U. upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan.
Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-pertanyaan yang cocok.Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi.Ketika mereka diskusi alangkah baiknya jika ada music instrumentalia yang lembut mengiringi aktivitas belajar mereka.Hasil diskusi ditandai oleh pasangan-pasangan antara anggota kelompok pembawa kartu pertanyaan dan anggota kelompok pembawa kartu jawaban.
Pasangan-pasangan yang sudah terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan-jawaban mereka kepada kelompok penilai.Kelompok ini kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban tu cocok. Setelah penilaian dilakukan, aturlah sedemikian rupa kelompok pertama dan kelompok kedua bersatu kemudian memosisikan dirinya menjadi kelompok penilai.Sementara, kelompok penilai pada sesi pertama tersebut di atas dipecah menjadi dua, sebagian anggota memegang kartu pertanyaan dan sebagian lagi memegang kartu jawaban.Posisikan mereka dalam bentuk huruf U. kemudia guru kembali membunyikan peluit sebagai tanda kelompok pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak untuk mencari, mencocokkan dan mendiskusikan jawaba-jawaba.Berikutnya adalah masing-masing pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada nilai.
Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta didik baik yang berperan sebagai pemegang kartu pertanyaan, pemegang jawaban, maupun penilai mengetahui dan memahami secara pasti apakh betul kartu pertanyaan-jawaban yang mereka pasangkan sudah cocok.Demikian halnya bagi peserta didik kelompok penilai.Mereka juga belum mengetahui pasti apakah penilai mereka benar atas pertanyaan-jawaban tersebut.Dalam hal ini guru memfasilitasi diskusi untuk memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik mengkonfirmasikan hal-hal yang mereka telah lakukan yaitu memasangkan pertanyaan-jawaban dan melaksanakan penilaian.

7.      Listening Team
Pembelajaran dengan metode listening team diawali dengan pemaparan materi oleh guru.Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok.Setiap kelompok mempunyai tugas nya masing-masing.Misalnya dalam satu kelas ada 40 orang kemudian dibagi menjadi 4 kelompok.Kelompok pertama berperan sebagai kelompok penanya.Kemudian kelompok kedua dan ketiga sebagai kelompok penjawab.Namun, kelompok kedua dan ketiga tersebut harus mengemukakan jawaban dengan persepektif yang berbeda. Perbedaan ini diharapkan akan memunculkan diskusi yang aktif dan berpikir dengan aktif sehingga mereka dapat menemukan pengetahuan yang struktural. Kemudian kelompok keempatadalah kelompok yang bertugas mereview dan membuat kesimpulan dari hasil diskusi mereka.
Pembelajaran di akhiri dengan penyampaian berbagai kata kunci maupun konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam diskusi tersebut.

8.      Inside-Outside Cirlce
Pembelajaran dengan metode inside-outside circle di awali dengan pembentukan kelompok. Jika kelas terdiri dari 40 orang maka dibagi menjadi 2 kelompok lingkaran dalam dengan jumlah anggota 10 dan kelompok lingkaran luar terdiri dari 10 orang.
Kemudian anggota kelompok lingkaran dalam berdiri melingkar menghadap keluar dan anggota kelompok lingkaran luar menghadap ke dalam.Dengan demikian anggota kelompok lingkaran dalam dan luar saling berpasangan dan berhadap-hadapan.Berikan tugas pada tiap-tiap pasangan yang berhadap-hadapan itu.Kelompok ini disebut kelompok pasangan asal.Sebaiknya, tugas yang diberikan pasangan asal itu sesuai dengan indicator pembelajaran.Karena berarti dalam kegiatan ini ada 10 pasangan maka ada 10 indikator pembelajaran.Selanjutnya berikan waktu kepada tiap pasangan untuk berdiskusi.
Setelah mereka berdiskusi, mintalah kepada anggota kelompok lingkaran dalam bergerak berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran luar. Setiap pergerakan itu akan terbentuk pasangan-paangan baru. Pasangan-pasangan ini waib memberikan informasi berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, demikian seterusnya.Pergerakan baru dihentikan jika anggota kelompok lingkaran dalam da luar sebagai pasangan asal bertemu kembali.
Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut di atas, kemudian dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar-kelompok besar.Diskusi ini diharapkan menghasilkan pengetahuan bermakna bagi seluruh peserta didik.Pengetahuan ini merupakan pengetahuan yang lebih komprehensif.
Dipenghujung pertemuan, untuk mengakhiri pelajaran dengan metode inside-outside circle guru dapat memberi ulasan maupun mengevaluasi hal-hal yang telah didiskusikan.Perumusan kesimpulan dapat juga dibuat sebagai konstruksi terhadap pengetahuan yang diperoleh dari diskusi.

9.      Bamboo Dancing
Pembelajaran dengan metode bamboo dancing serupa dengan metode inside out circle.Pembelajaran diawali dengan pengenalan topik oleh guru. Guru bisa menuliskan topik tersebut dipapan tulis atau dapat pula guru bertanya jawab apa yang diketahui peserta didik mengenai topik itu. Kegiatan sumbang saran ini dimaksudkan untuk mengaktifkan struktur kognitif yang telah dimiliki peserta didik agar lebih siap menghadapi pelajaran yang baru.
Selanjutnya, guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar.Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri 20 orang.Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu sepuluh orang berdiri berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar.Dengan demikian di dalam tiap-tiap kelompok besar mereka saling berpasang-pasangan.Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal.Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas.Pada kesempatan itu berikan waktu yang cukup kepada mereka agar mendiskusikan tugas yang diterimanya.
Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya. Pergeseran searah jarum jam baru berhenti ketika tiap-tiap peserta didik kembali ke pasangan asal.
Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog interaktif, tanya jawab dan sebagainya. Kegiatan ini dimaksudkan agar pengetahuan yang diperoleh melalui diskusi di tiap-tiap kelompok besar dapat diobjektivikasi dan menjadi pengetahuan bersama seluruh kelas.

10.  Point-Counter-Point
Metode pembelajaran point-counter-point dipergunakan untuk mendorong peserta didik berpikir dalam berbagai perspektif.Jika metode pembelajaran ini dikembangakn, maka yang harus diperhatikan adalah materi pembelajaran.Didalam bahan pelajaran harus terdapat isu-isu kontrovensi.
Langkah pertama metode pembelajaran point-counter-point adalah membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok.Aturlah posisi mereka sedemikian rupa sehingga mereka berhadap-hadapan.Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok merumuskan argumentasi-argumentasi sesuai dengan perspektif yang di kembangkannya.
Usai tiap-tiap kelompok berdiskusi secara internal, maka mulailah mereka berdebat. Setelah seorang peserta didik dari suatu kelompok menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang dikembangkan kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkinkan.
Dipenghujung waktu pelajaran buatlah evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik temu dari argumentasi-argumentasi yang telah mereka munculkan.

11.  The power of Two
Seperti metode pembelajaran kooperatif lainnya, praktik pembelajaran dengan metode the power of two di awali dengan mengajukan pertanyaan.Diharapkan pertanyan yang dikembangkan adalah pertanyaan yang membutuhkan pemikiran kritis.
Mintalah kepada peserta didik secara perorangan untuk menjawab pertanyaan yang diterimanya.Setelah semua menyelesaikan jawabannya, mintalah kepada peserta didik mencari pasangan.
Individu-individu yang berpasangan diwajibkan saling menjelaskan jawaban masing-masing, kemudian menyusun jawaban baru yang disepakati bersama.Setelah masing-masing pasangan menulis jawaban mereka, mintalah mereka membandingkan jawaban tersebut dengan pasangan lain, demikian seterusnya.Berikan waktu yang cukup agar peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan yang lebih integratif.
Di akhir pelajaran buatlah rumusan-rumusan rangkuman sebagai jawaban atas pertanyaan yang telah diajukan.Rumusan tersebut merupakan konstruksi atas keseluruhan pengetahuan yang telah dikembangkan selama diskusi.


12.  Listening Team
Langkah-langkah metode tim pendengar :
a.       Bagilah peserta didik menjadi 4 tim dan berilah tim-tim ini dengan tugas-tugas sebagai berikut :
·         Penanya : merumuskan pertanyaan
·         Pendukung : menjawab pertanyaan yang didasarkan pada poin-poin yang disepakati (membantu dan menjelaskannya, mengapa demikian )
·         Penantang : mengutarakan poin-poin yang tidak disetujui atau tidak bermanfaat dan menjelaskan mengapa demikian
·         Penarik kesimpulan : menyimpulkan hasil diskusi tersebut
b.      Penyaji memaparkan laporan hasil penelitiannya, setelah selesai beri waktu kepada tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya masing-masing.

H.    Metode-metode Pendukung Pengembangan  Cooperative Learning
                                 Banyak dijumpai di kelas pembelajaran kooperatif tidak berjalan efektif, meskipun guru telah menerapkan prinsip-prinsip kooperatif. Diskusi sebagai salah satu mekanisme membangun kooperatif tidak berjalan efektif karena banyak hal. Diskusi banyak didominasi oleh salah seorang peserta didik yang mempunyai skemata tentang apa yang akan dipelajari. Fenomena ini menunjukan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif membutuhkan persiapan matang. Pertama, peserta didik harus sudah memiliki skemata atau pengetahuan awal tentang topik atau materi yang akan dipelajari. Kedua, peserta didik sudah harus mempunyai keterampilan bertanya. Keterampilan ini penting sebab pembelajaran kooperatif tidak akan efektif jika peserta didik tidak mempunyai kompetensi bertanya jawab. Tanya jawab merupakan proses transaksi gagasan atau ide intersubjektif dalam rangka membangun pengetahuan. Pembelajaran kooperatif membutuhkan dukungan pengalaman peserta didik baik berupa pengetahuan awal maupun kemampuan bertanya jawab.
1.      PQ4R
Pengalaman awal bisa dibangun melalui aktivitas membaca. Dengan kegiatan ini peserta didik akan memiliki stock of knowledge. Salah satu metode yang dapat dikembangkan agar membaca efektif adalah PQ4R.
Seperti namanya PO4R, kegiatan ini diawalai dengan ‘P’ yang bearti preview. Fokus preview adalah peserta didik menemukan ide-ide pokok yang dikembangkan dalam bahan bacaan. Pelacakan ide pokok dilakukan dengan membiasakan peserta didik membaca selintas dan cepat bahan bacaan. Bagian-bagian yang bisa dibaca misal bab pengantar, daftar isi, topik maupun sub-topik, judul dan sub judul, atau ringkasan pada akhir suatu bab. Penelusuran ide pokok dapat juga dilakukan dengan membaca satu atau dua kalimat setiap halaman dengan cepat. Singkatnya melalui previewpeserta didik telah mempunyai gambaran mengenai hal yang dipelajarinya.
Langkah berikutnya adalah ‘Q’ yang bearti Question atau bertanya. Peserta didik merumuskan pertanyaan-pertanyaan untuk dirinya sendiri. Pertanyaan dapat dikembangkan dari yang sederhana menuju pertanyaan yang kompleks. Pertanyaan itu meliputi apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, dan bagaimana atau 5W 1H (what, who, where, when, why, and how). Pertanyaan-pertanyaan tersebut dikembangkan ke arah pembentukan pengetahuan deklaratif, strukrural, dan pengetahuan prosedural.
Setelah pertanyaan-pertanyaan dirumuskan, selanjutnya peserta didik membaca ‘R’ yang bearti read secara detail dari bahan bacaan yang dipelajarinya. Pada tahap ini peserta didik diarahkan mencari jawaban terhadap semua pertanyaan yang telah dirumuskannya.
Selama membaca peserta didik harus melakukan refleksi atau ‘R’ bearti reflect. Selama membaca mereka tidak cukup hanya mengingat atau menghafal, namun terpenting adalah mereka berdialog dengan apa yang dibacanya. Mereka mencoba memahami apa yang dibacanya. Caranya, (1) menghubungkan apa yang sudah dibacanya dengan hal-hal yang telah diketahui sebelumnya, (2) mengaitkan sub-subtopik di dalam teks dengan konsep-konsep, (3) mengaitkan hal yang dibacanya dengan kenyataan yang dihadapinya.
‘R’ yang bearti recite adalah langkah berikutnya. Pada tahap ini peserta didik diminta merenungkan kembali informasi yang telah dipelajari. Terpenting dalam membawakan kembali apa yang telah dibaca dan dipahami oleh peserta didik adalah mereka mampu merumuskan konsep-konsep tersebut, mengartikulasikan pokok-pokok penting yang telah dibacanya dengan redaksinya sendiri, akan lebih baik jika peserta didik tidak hanya menyampaikan secara lisan, namun juga dalam bentuk tulisan.
Langkah terakhir adalah peserta didik diminta membuat rangkungman atau merumuskan inti sari dari bahan yang telah dibacanya. Terpenting pada tahap ini peserta didik mampu merumuskan kesimpulan sebagai jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Langkah tersebut dinamakam ‘R’ yang beari review.

2.      Guided Note Taking
Medote pembelajaran ini yang dapat dikembangkan untuk membangun stock of knowladge peserta didik adalah metode catatan terbimbing. Metode catatan terbimbing dikembangkan agar metode ceramah yang dibawakan guru mendapatkan perhatian siswa.
Pembelajaran diawali dengan memberikan bahan ajar misalnya berupa handout dari materi ajar yang disampaikan dengan metode ceramah kepada peserta didik. Mengosongi sebagian poin-poin yang penting sehingga terdapat bagian-bagian yang kosong dalam handout tersebut. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah mengosongkan istilah atau definisi dan menghilangkan beberapa kata kunci.
Menjelaskan kepada peserta didik bahwa bagian yang kosong dalam handout memang sengaja dibuat agar meraka tetap berkonsentrasi mengikuti pembelajaran. Selama ceramah berlangsung peserta didik diminta mengisi bagian-bagian yang kosong tersebut. Setelah penyampaian materi dengan ceramah selesai, mintalah kepada peserta didik membacakan handoutnya.
3.      Snowball Drilling
Metode ini dikembangkan untuk menguatkan pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari membaca bahan-bahan bacaan. Dalam penerapan metode ini, peran guru adalah mempersiapkan paket soal-soal pilihan ganda dan menggelindingkan bola salju berupa soal latihan, dengan cara menunjuk/mengundi untuk mendapatkan seorang peserta didik yang akan menjawab soal nomor 1. Jika peserta didik yang mendapat giliran pertama menjawab soal nomor tersebut langsung menjawab benar, maka peserta didik itu diberi kesempatan menunjuk salah satu temannya menjawab nomor berikutnya yaitu soal nomor 2. Seandainya, peserta didik yang pertama mendapat kesempatan menjawab soal nomor 1 gagal, maka peserta didik itu diharuskan menjawab soal berikutnya dan seterusnya hingga peserta didik tersebut berhasil menjawab benar item soal pada suatu nomor soal tertentu.
Jika pada gelindingan (putaran) pertama bola salju masih terdapat item-item soal yang belum terjawab, maka soal-soal itu dijawab oleh peserta didik yang mendapat giliran. Mekanisme giliran menjawab sama seperti yang telah diuraikan tersebut di atas. Di akhir pelajaran guru memberikan ulasan terhadap hal yang telah dipelajari peserta didik.

4.      Concept Mapping
Cara lain untuk menguatkan pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan-bahan yang telah dibacanya adalah metode pembelajaran peta konsep. Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah potongan kartu-kartu yang bertuliskan konsep-konsep utama.
Selanjutnya guru membagikan potongan-potongan kartu yang telah bertuliskan konsep utama kepada para peserta didik. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba beberapa kali membuat suatu peta yang menggambarkan hubungan antar-konsep. Pastikan peserta didik membuat garis penghubung antar konsep-konsep tersebut. Disetiap garis penghubung diharapkan peserta didik menulis kata atau kalimat yang menjelaskan hubungan antar konsep. Kalimat-kalimat itu menujukkan asumsi yang dibangun peserta didik dalam menjelaskan hubungan antar konsep.
Kumpulkan hasil pekerjaan peserta didik. Sebagai bahan perbandingan tampilan satu peta konsep yang anda buat. Hasil pekerjaan peserta didik yang telah dikumpulkan bahaslah satu persatu. Ajaklah seluruh kelas untuk melakukan koreksi atau evaluasi terhadap peta-peta konsep yang dipresentasikan. Di akhir pembelajaran ajaklah seluruh kelas merumuskan beberapa kesimpulan terhadap materi yang dipelajari melalui peta konsep tersebut.
5.      Giving Question and Getting Answer
Metode ini dikembangkan untuk melatih peserta didik memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan. Langkah pertama metode tersebut adalah membagikan dua potongan kertas kepada peserta didik. Selanjutnya, mintalah kepada peserta didik menuliskan di kartu itu (1) menjawab kartu, (2) kartu bertanya.
Mulai pembelajaran dengan pertanyaan. Pertanyaan bisa berasal dari peserta didik maupun guru. Jika pertanyaan berasal dari peserta didik, maka peserta didik ini diminta menyerahkan kartu yang bertuliskan “kartu bertanya”.
Setelah pertanyaan diajukan, mintalah kepada peserta didik memberi jawaban. Setiap peserta didik yang hendak menjawab diwajibkan menyerahkan kartu yang bertuliskan “kartu menjawab”. Perlu diingat, setiap peserta didik yang hendak menjawab maupun bertanya harus menyerahkan kartu-kartu kepada guru.
Jika sampai akhir sesi ada peserta didik yang masih memiliki 2 potongan kertas yaitu kertas bertanya dan kertas menjawab atau salah satu potongan kertas tersebut, maka mereka diminta membuat resume atas proses tanya jawab yang sudah nerlangsung. Tentu keputusan ini harus disepakati di awal.
6.      Question Student Have
Metode ini dikembangkan untuk melatih peserta didik agar memiliki kemampuan dan keterampilan bertanya. Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan membagi kelas menjadi 4 kelompok. Jumlah kelompok sebaiknya disesuaikan dengan jumlah peserta didik.
Selanjutnya, bagikan kartu kosong kepada setiap peserta didik dalam setiap kelompok. Mintalah peserta didik menulis beberapa pertanyaan yang mereka miliki tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Dalam setiap kelompok, putarlah kartu tersebut searah keliling jarum jam. Ketika setiap kartu diedarkan pada anggota kelompok, anggota tersebut harus membacanya dan memberikan tanda (v) jika pertanyaan tersebut dianggap penting. Perputaran berhenti sampai kartu tersebut kembali pada pemilikinya masing-masing.
Setiap pemilik kartu dalam kelompok harus memeriksa pertanyaan-pertanyaan mana yang mendapat suara terbanyak. Setelah itu jumlah perolehan suara atas pertanyaan itu dibandingkan dengan perolehan anggota lain dalam satu kelompok. Pertanyaan yang mendapat suara terbanyak kini menjadi milik kelompok.
Setiap kelompok melaporkan secara tertulis pertanyaan yang telah menjadi milik kelompok (mewakili kelompok). Guru melakukan pemeriksaan terhadap pertanyaan dari tiap-tiap kelompok, mungkin ada pertanyaan yang substansinya sama. Pertanyaan-pertanyaan yang sudah diseleksi oleh guru dikembalikan kepada peserta didik untuk menjawab secara mandiri maupun kelompok. Jawaban lisan maupun tulisan.
7.      Talking Stick
Pembelajaran dengan metode ini mendorong peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat. Pembelajaran dengan metode ini diawali oleh penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk aktivitas ini.
Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stickbergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya, seyogiannya diiringi musik.
Langkah akhir metode ini adalah guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi yang telah dipelajarinya. Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.
8.      Everyone is Teacher Here
Metode ini merupakan cara cepat untuk mendapatkan partisipasi kelas secara keseluruhan maupun individual. Metode ini memberi kesempatan kepada  setiap siswa untuk berperan  sebagai guru bagi kawan-kawannya.
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut: bagikan secarik kertas/kartu indeks kepada seluruh peserta didik. Setiap peserta didik diminta menuliskan satu pertanyaan mengenai materi pembelajaran yang sedang dipelajari di kelas (misalnya tugas membaca) atau sebuah topik khusus yang akan didiskusikan di dalam kelas.
Kumpulan kertas, acak kertas tersebut kemudian bagikan kepada setiap peserta didik. Pastikan bahwa tidak ada peserta didik yang menerima soal yang ditulis sendiri. Mintalah kepada peserta didik untuk membaca dalam hati pertanyaan pada kertas tersebut kemudian mintalah kepada mereka memikirkan jawabannya.
Mintalah kepada peserta didik secara sukarela membacakan pertanyaan tersebut dan menjawabnya. Setelah jawaban diberikan, mintalah kepada peserta didik lainnya untuk menambahkan. Lanjutkan dengan sukarelawan berikutnya.
9.      Tebak Pelajaran
Metode ini dikembangkan untuk menarik perhatian siswa selama mengikuti pembelajaran. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:
a.       Tulislah atau tanyangkan melalui LCD subject matter dari materi pelajaran yang akan di sampaikan.
b.      Mintalah kepada siswa untuk menuliskan kata-kata kunci apa saja yang diprediksikan muncul dari materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru.
c.       Sampaikan materi pembelajaran secara interaktif.
d.      Selama proses pembelajaran siswa diminta menandai hasil prediksi mereka yang sesuai dengan materi yang disampaikan oleh guru.
e.       Di akhir pembelajaran tanyakan berapa jumlah tebakan mereka yang benar.
I.       Keterampilan Cooperative Learning
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi , tetapi juga peserta didik juga memepelajari keterampilan khusus yang disebut kemampuan kooperatif, yaitu sebagai berikut,
a.       Keterampilan Koopeatif Tingkat Awal
Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain sebagai berikut.
1)      Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok
2)      Menghargai Kontribusi yaitu, memperhatikan atay mengenal yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain.
3)      Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengembankan tanggung jawab tertentu dalam kelompok
4)      Berada dalam kelompok, yaitu setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung
5)      Berada dalam tugas, yaitu meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawab agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan
6)      Mendorong partisipasi, yaitu mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugs kelompok
7)      Mengundang orang lain, yaitu meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas
8)      Menyelesaikan tugas tepat waktu
9)      Menghormati perbedaan individu, yaitu menghormati budaya, ras, suku atau pengalaman dari setiap semua siswa atau peserta didik


b.      Keterampilan Tingkat Menengah
Keterampilan Tingkat Menengah meliputi upaya-upaya menunjukkan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya dengan ringkasan, menafsirkan, mengorganisasikan, dan mengurangi ketegangan,
c.       Keterampilan Tingkat Mahir
Keterampilan Tingkat Mahir meliputi mengelaborasikan, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi.





Bab III
PENUTUP
3.1                          Simpulan
            Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, di mana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasinyang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.

3.2       Saran
1)                  sebelum proses pembelajaran dilakikan seorang guru harap merencanakan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan.
2)                  Guru diharapkan dalam penyampaian materi serta penyampaian KKM tidak hanya berfokus pada metode ceramah saja.
3)                  Guru bisa melakukan analisis tentang bentuk-bentuk tingkah laku yang diinginkan muncul pada diri siswa yang menjadi tujuan berdasarkan atas kurikulum yang digunakan.
4)                  Guru diharapkan mengenali berbagai sumber belajar yang dapat digunakan.
5)                  Guru harus berupaya menciptakan suatu situasi belajar yang memungkinkan siswa belajar secara aktif.














DAFTAR PUSTAKA
Hamid, Hamdani. 2013. Pengembangan Sistem Pendidikan di Indonesia . Bandung : CV. Pustaka Setia.
Suprijono, Agus. 2013.  Cooperative Learning : Teori dan Aplikasi PAIKEM . Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hakim, Lukmanul. 2008.  Perencanaan Pembelajaran . Bandung : CV. Wacana Prima


Tidak ada komentar:

Posting Komentar